Selasa, 06 Oktober 2015

PROSES ISLAMISASI KOTA TUBAN



PROSES ISLAMISASI KOTA TUBAN
Oleh :
Dwi Lidiawati (130731615709)
Offering A/2013
Sejarah Fakultas Ilmu Sosial
Email: dwilidia57@gmail.com

A.    Perkembangan  Kota Tuban Pada Masa Islam
Islam datang di nusantara pada abad ke 13. Terdapat beberapa cara dan saluran-saluran dalam tumbuh dan berkembangnya agama islam di Nusantara. Ada yang melalui pedagang muslim, perkawinan, maupun cara-cara lainnya. Laut  jawa selalu berperan dalam lalu lintas pelayaran dan perdagangan semenjak jatuhnya Malaka oleh Portugis pada tahun 1511. Peristiwa tersebut menguntungkan bagi jawa termasuk kota Tuban. Karena laut jawa menjadi jalur lalu lintas perdagangan yang ramai di singgahi para pedagang dan pelayar yang hendak berdagang antara benua barat dan benua timur.  Tuban adalah salah satu wilayah pesisir utara laut jawa yang menjadi jalur lalu lintas penting kala itu.  Karena pelayaran dan perdagangan dari maluku ke malaka atau sebaliknya melewati pelabuhan jawa timur. Sehingga mendorong Tuban menjadi pelabuhan yang besar. Pada abad ke-16 berdirilah kota-kota Islam, kota yang pertama adalah Demak. Kemudian disusul oleh kota Tuban, Gresik, jepara dan cirebon.
Kota Tuban menjadi pelabuhan yang ramai di singgahi oleh pedagang-pedagang yang singgah sekedar untuk istirahat atau membeli bekal untuk melanjutkan perjalanan menuju malaka atau menuju maluku. Bandar dan kota pelabuhan Tuban menjadi pangkalan bagi pelaut untuk membeli bekal. Menurut Barros, di Malaka pada tahun 1515 ada dua perkampungan yang bernama Upih dan Ilir. Keduanya dibawah kekuasaan administrasi orang Jawa yang bernama Utimutiraja dan disanalah berdiam pedagang-pedagang dari Tuban, Jepara, Sunda, dan Palembang. Tuban menjadi kelompok timur dalam pembagian Pigeaud yang memiliki perbedaan kepentingan dalam ekonomi, tujuan politik dan orientasi budaya. Kapal-kapal Tuban menyelusuri seluruh nusantara, hingga sampai ke Philipina.
Pelabuhan di pantai utara laut jawa lebih penting bagi masa islam termasuk pelabuhan Tuban jika dibandingkan dengan pelabuhan yang ada di jawa barat, karena topografinya yang relatif tertutup yakni terdiri dari pegunungan (Suyono,2004:25), sehingga kota Tuban lebih cepat berkembang dibanding dengan daerah pelabuhan jawa barat antara lain pelabuhan jakarta dan pelabuhan Banten. Masa besarnya kota Tuban diceritakan dibeberapa sumber bahwa pada masa islam itu terdapat berbagai kerajaan kecil yang tersebar dipesisir pantai yang diperintah oleh Moro. Moro adalah sebutan yang diberikan oleh orang Portugis terhadap orang Islam (Prijohutomo. 1952:72). Kerajaan di Tuban yang dipimpin oleh Moro tersebut berada dibawah kekuasaan kerajaan Demak.
Tuban menurut Begin ende Voortgangh (dalam De Graaf, Begin III bag 3 hal 9) adalah sebuah kota yang bagus. Menurut De Graaf Tuban memiliki ciri khas feodal yang kuat. Pada masa itu kota Tuban mencapai puncak kejayaannya dapat dijelaskan bahwa kota Tuban memiliki Raja yang sangat kuat. Dan oleh masyarakat sekitar disebut sebagai raja terkuat dipulau jawa dengan ciri-ciri sangat gemuk dan tingginya sedang. Raja ini jika perlu dalam waktu 24 jam saja bisa mengumpulkan beberapa ribu orang untuk berperang. De Graaf sangat jelas dalam mendeskripsikan raja Tuban ini. Raja Tuban bersikap baik terhadap Belanda. Beliau menjemput orang-orang Belanda di pesisir pantai kemudian mengajaknya masuk ke istana. Istana tersebut sangat besar, terdapat banyak ruangan didalam istana tersebut, tembok istana terbuat dari batu bata merah (masih seperti bangunan Majapahit), pintu-pintunya tampak sempit dan pendek. Di depan pintunya terdapat gajah yang berdiri didepan serambi. Jumlah gajahnya ada 13 ekor dan diantara 13 ekor terdapat satu ekor gajah yang sangat besar dan galak (de Graaf, 1985:122).

B.     Islamisasi di Kota Tuban
Adanya perkembangan kota Tuban, yang didukung oleh banyaknya pedagang-pedagang muslim yang singgah di Tuban. Hal tersebut mendorong terjadinya islamisasi di kota Tuban. Kehadiran dan proses islamisasi di jawa dapat dibuktikan didalam beberapa data arkeologis dan beberapa sumber yakni babad, hikayat, legenda, seta berita asing. Proses islamisasi dipulau Jawa akibat adanya hubungan perdagangan yang telah dilakukan sejak Malaka jatuh ketangan Portugis. Perdagangan bukan hanya terjadi diantara wilayah nusantara saja, namun juga terjalin sampai antar negara internasional termasuk hubungan dagang Persia dan India yang telah mendapat pengaruh islam dari Arab. Para pedagang ini mulai mengenalkan dan menyebarkan agam islam seraya berdagang di pulau Jawa. Jawa mulai masuk islam dapat diketahui dengan adanya makam Malik Ibrahim. Beliau adalah pedagang kaya dari Persia yang meninggal tahun 1419 (Suyono, 2004:22).
Perkembangan islam di pulau Jawa juga mendorong penyebaran sampai di daerah Tuban. Tuban telah menjadi pelabuhan sejak diduduki oleh kerajaan Hindu-Budda, namun eksistensinya mulai ditunjukkan sejak kerajaan Majapahit sampai dengan masa islam di pulau Jawa. Islamisasi di Tuban seperti islamisasi di daerah-daerah lainnya. Perkembangan agama islam dalam beberapa bagian daerah itu berbeda yakni daerah pesisir lebih cepat berkembang karena lebih bersifat pluralitas karena sering berbaur dengan budaya lain, sedang daerah pedalaman lebih lama untuk menerima budaya baru yang masuk karena wilayah yang sulit dijangkau dan masyarakat yang masih tradisional. Alasan lain  Perkembangan agama islam di  kota Tuban berbeda antara yang pesisir dengan pedalaman adalah Karena kota pesisir bersifat maritim mengutamakan pelayaran. Sedang pedalaman bersifat kontingental dan ekonomi agraris (Daliman, 2012:69). 
 Seperti halnya islamisasi di daerah-daerah lain, islam masuk dan berkembang secara pesat di wilayah pesisir pantai abad ke 16 yang disebarkan oleh para wali, yang biasanya disebut dengan wali songo. Wali yang khusus mengenalkan dan menyebarkan agama islam di Tuban adalah Sunan Bonang. Sebutan sunan berarti seseorang yang dimuliakan atau dijunjung tinggi, sedangkan Bonang adalah sebutan karena sunan tersebut sangat pandai memainkan alat musik Bonang. Seperti cara-cara wali-wali lainnya. Sunan Bonang juga menyebarkan agama islam secara perlahan dengan menyesuaikan dengan kebudayaan masyarakat sekitar. Salah satunya dengan alat musik Bonang, sehingga masyarakat setempat merasa islam itu agama yang indah. Berbeda dengan daerah pesisir, daerah-daerah pedalaman baru berkembang pada akhir abad ke-16 dan pertengahan abad ke-17.
Proses islamisasi kota Tuban adalah secara sukarela. Islam sangat mudah masuk karena beberapa faktor. Islam dipandang sebagai agama yang penuh kesucian. Tidak memandang manusia itu berbeda derajatnya kecuali dari ketakwaan seseorang. Sehingga jika dibanding dengan agama hindu yang telah dianut oleh orang Tuban yakni agama sebelum kedatangan agama islam. Agama islam dirasa lebih cocok bagi mereka, apalagi bagi orang yang berada dikelas menengah ke bawah. Para bangsawan yang masih “kafir” dengan sukarela masuk dan memeluk agama islam, setelah masuk islam para bangsawan itu menjadi memiliki derajat yang “lebih tinggi”, sehingga jika penguasa daerah telah memeluk agama islam secara perlahan disusul oleh sebagian rakyatnya. Islam juga masuk dengan adanya pernikahan. Jika ada seorang suami yang menikahi dari wanita pribumi, maka secara tidak langsung sang istri dari orang Tuban itu akan mengikuti agama suaminya yang beragama Islam. Disamping mengalami islamisasi secara sukarela dan melalui pernikahan, namun Tuban masih setia dengan majapahit sebelum majapahit benar-benar runtuh. Karena Tuban bersifat netral antara majapahit dengan Demak, dan tetap berkedudukan sebagai vasal Majapahit.
Jika dikaitkan dengan bentuk bangunan yang ada di Banten adalah mirip dengan bentuk bangunan yang ada di Tuban pada saat itu. Bangunan itu adalah mewarisi gaya bangunan kerajaan Majapahit atau model Bali. Karena model seperti itu masih dipakai di daerah Bali sampai saat ini. Tuban menjadi pewaris kerajaan Majapahit yang berada di pesisir utara laut Jawa. Diceritakan pula bahwa golongan dalam masyarakat Tuban terdiri dari setangah bangsawan dan setengah pedagang. Bangsawan Tuban gemar sekali akan kuda. Dan perdagangan juga dilakukan oleh para bangsawan. Jika meraka meninggalkan rumah, mereka selalu diikuti oleh pengiring yang terdiri atas 10 sampai 12 orang abdi yang membawa peralatan sirih.
            Tuban memiliki peranan penting bagi masa keemasan islam di Jawa. Keadaan ini tampak pula pada masa kerajaan Pajang. Khusunya pada saat pemerintahan raja Pajang Adiwijaya. Cerminan diri Tumenggung Tuban tertanam kuat di istana Pajang. Pada tahun 1527 karena masalah sikap penduduk Tuban yang netral dan masih loyal terhadap majapahit yang dianggap “kafir”, maka Demak melakukan penyerangan terhadap Tuban. Penyerangan tersebut dianggap aneh karena Tuban telah masuk dan memeluk agama Islam, dan membantu Demak menundukan kerajaan Majapahit. Dalam penyerangan ini Tuban masih bisa bertahan karena terdapat penyerangan lagi setelah itu yakni penyerangan dari kerajaan Mataram yang terjadi pada tahun 1598 sampai 1599. Di ceritakan di dalam Babad Sangkala. Serangan tersebut juga gagal karena pada saat itu Tuban masih menjadi kota yang berkembang dan kuat. Memiliki raja yang sangat kuat menurut masyarakat setempat.

Daftar Rujukan
Basundoro, Purnawan, 2012, Pengantar Sejarah Kota. Yogyakarta: Ombak Dua
Daliman, A, 2012, Islamisasi dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam di Indonesia. Yogyakarta: Ombak Dua
De Graaf. 1985. Awal Kebangkitan Mataram Massa Pemerintahan Senapati. Jakarta: PT Temprint
Hamid, A,R, 2013, Sejarah Maritim, Yogyakarta: Ombak Dua
Poesponegoro, Djoened, 2008, Sejarah Nasional Indonesia 3.Jakarta: Balai Pustaka
Prijohutomo, 1952. Sedjarah. Djakarta: W. Versluys
Suyono. R. P. 2004. Peperangan Kerajaan Di Nusantara. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar