PERKEMBANGAN INTELLEGENSI DAN BAKAT KHUSUS
MAKALAH
Untuk
memenuhi tugas matakuliah
Perkembangan
Peserta Didik
Yang
dibina oleh Bapak Aditya N. Widiadi, M. Pd
Oleh
Danang Setiawan (130731607240)
Dwi Lidiawati (130731615709)
Fahad akbar (130731615707)
Hedda Wahyu Ruhaiyah (130731615712)
Uzwanus Nur Rokhman (130731607299)
Yana Armadhita
(130731607248)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Maret 2014
UCAPAN
TERIMAKASIH
Puja dan puji syukur kehadirat Allah
swt, yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Intellegensi Dan Bakat Khusus”
ini. Dalam makalah ini, penulis mencoba mengerjakan dengan semaksimal mungkin.
Ucapan terima
kasih selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Aditya selaku
dosen yang telah membimbing matakuliah Perkembangan Peserta Didik. Kemudian
kepada semua pihak yang membimbing dan memberikanan pengarahan selama penulisan
makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dalam makalah ini, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Malang,
01 Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
UCAPAN
TERIMAKASIH............................................................................................. i
DAFTAR
ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang.............................................................................................................. 1
1.2
Rumusan
Masalah.......................................................................................................... 1
1.3
Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Perkembangan
Intelegensi Pada Remaja....................................................................... 3
2.2
Bakat
khusus yang dimiliki remaja................................................................................ 6
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Simpulan........................................................................................................................ 9
3.2 Saran.............................................................................................................................. 10
DAFTAR RUJUKAN...................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Semua orang pasti mengharapkan kepandaian, termasuk orang tua yang
menyekolahkan anaknya pasti berkeinginan untuk supaya anaknya menjadi orang
yang pandai dan sukses di kemudian hari. Kepandaian sering diartikan dengan
nilai kuantitatif hasil akhir dari belajar. Nilai hasil akhir itu tidak
berdasarkan kepandaian tetapi dalam dunia psikologi disebut dengan intelegensi.
Karena nilai hasil akhir itu dipengaruhi oleh berbagai faktor diluar kepandaian
yang dimiliki oleh si anak. Seperti: proses mengajar, lingkungan, hasras
belajar anak, kreativitas, kerajinan dan ketekunan dan faktor-faktor lainnya. Perkembangan intelek sering juga
dikenal di dunia psikologi maupun pendidikan dengan istilah perkembangan
kognitif. Perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologis yang
didalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun dan mengunakan pengetahuan
serta kegiatan mental seperti berfikir, menimbang, mengamati, mengingat,
menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan persolan yang
berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan. Kecerdasan (intelegensi) individu
berkembang sejalan dengan interaksi antara aspek perkembangan yang satu dengan aspek perkembangan yang
lainnya dan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya begitu juga
dengan alamnya. Maka dengan itu individu mempunyai kemampuan untuk belajar dan
meningkatkan potensi kecerdasan dasa yang dimiliki.
Tidak dapat dipungkiri bahwa ada perbedaan individu yang satu
dengan individu yang lain dalam tingkat kemampuan dan prestasi. Perbedaan
individual tersebut juga disebabkan karena adanya perbedaan bakat yang
dimiliki. Bakat tersebut berasal sejak lahir dan diperoleh dari pendidikan, dan
hasil dari pelatihan atau pengalaman. Sebagai calon pendidik diperlukan
pengetahuan dalam mengembangkan intelegensi maupun bakat khusus yang dimiliki
remaja.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
perkembangan intelengensi remaja?
2.
Bagaimana
dengan bakat khusus yang dimiliki remaja, dan cara pengembangan bakat tersebut.
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui
perkembangan intelegensi remaja
2.
Mengetahui
bakat khusus yang dimiliki remaja dan cara pengembangan bakat remaja tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Perkembangan Intelegensi Pada Remaja
Pengertian intelegensi menurut bahasa berasal dari bahasa latin intelligere
yang berarti menghubungkan atau menghubungkan satu sama lain (dalam Ari, Arori.
Bimo Walgito, 1981). William Stern adalah salah satu pelopor dalam penelitian
intelegensi. Dan william stern mengemukakan pendapat tentang pengertian
intelegensi adalah kemampuan menggunakan secara tepat alat-alat bantu dan
pikiran guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntukan baru (dalam Ari,
Arori. Kartini, Kartono, 1984). Masih banyak ahli yang mengemukakan tentang
pengertian intelegensi. Pengertian
intelegensi dalam bukunya Singgih Gunarsa yang berjudul Psikologi remaja (1991),
(dalam Fatimah, 2008: 60,61) terdapat kumpulan pengertian intelegensi antara
lain:
1.
intelegensi
merupakan suatu kemampuan seseorang yang menginginkannya memperoleh ilmu
pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam hubungan dalam hubungannya
dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul.
2.
Intelegensi
adalah suatu bentuk tingkah laku tertentu yang tampil dalam kelancaran tindakan.
3.
Intelegensi
meliputi pengamalan dan kemampuan bertambahnya pengertian dan tingkah laku
dengan pola-pola baru dan mempergunakannya secara efektif.
4.
William
Steam mengemukakan bahwa intelegensi merupakan suatu kemampuan untuk
menyesuaikan diri pada tuntutan baru dibantu dengan penggunakan fungsi
berpikir.
5.
Binet
berpendapat bahwa intelegensi merupakan kemampuan yang diperoleh melalui
keturunan, kemampuan yang diwarisi dan dimiliki sejak lahir dan tidak terlalu
banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam batas-batas tertentu, lingkungan
turut berperan dalam pembentukan
kemampuan intelegensi.
6.
Wechler
(1958) merumuskan intelegensi sebagai “keseluruhan kemampuan individu dalam
berpikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai
lingkungan secara efektif.
Intelegensi dan
intelek mengandung unsur yang sama, sama-sama menggambarkan kemampuan seseorang
berpikir dan bertindak. Perkembangan intelegensi menjadi perhatian di dunia
psikologi maupun pendidikan yang dikenal dengan nama perkembangan kognitif. Kemampuan kognitif meliputi proses memperoleh,
menyusun, dan menggunakan pengetahuan, serta kegiatan mental seperti berpikir,
menimbang, mengamati, menginggat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan
memecahkan persoalan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan (Ali,
Asrori,2012: 26). Menurut Terman, orang dapat dikatakan intelegen asalkan orang
tersebut mampu berpikir absrak dengan baik.
Dengan uraian
pengertian intelegensi diatas jika berbicara tentang intelek tidak jauh berbeda
dengan intelegensi. Intelegensi erat
hubungannya dengan rasio. Semakin banyak rasio digunakan dalam bertindak, maka
semakin berintelegensi perilaku tersebut. Tingkat intelegensi dalam anak itu
berbeda-beda. Anak yang berusia SD berbeda tingkat intelegensinya dengan anak
yang berusia SMP, dan SMP juga akan berbeda tingkat intelegensinya dengan anak
SMA, dan seterusnya.
Menurut Jean
Piaget membagi intelek atau kognitif menjadi empat tahapan sebagai berikut:
1.
Tahap
sensori-motoris
Tahap ini
menurut Jean piaget terjadi pada anak usia 0 sampai dua tahun. Dalam
perkembangan intelegensi usia ini sangat dominan adalah perkembangan
sensori-motoris yang sangat jelas. Interaksi yang dilakukan dengan lingkungan
dan orang-orang sekitar menggunakan perasaan dan otot. Anak mengembangkan kemampuannya
untuk mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan, dan
secara perlahan belajar mengkoordinasikan tindakan-tindakannya.
2.
Tahap
Praoperasional
Tahap ini
terjadi pada anak usia dua tahun sampai tujuh tahun. Pada tahap ini perkembangan
intelegensi memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh intuitif. Jadi
semua tingkah laku yang dilakukan itu dilakukan bukan berdasarkan pemikiran,
tetapi lebih cenderung menggunakan perasaan, alamiah, sikap yang diperoleh dari
orang-orang sekitar. Dalam tahap ini anak lebih bersikap egosentris, teguh
dengan pandangannya sendiri dan sulit menerima pandangan dari orang lain.
3.
Tahap
Operasional Konkret
Tahap ini
terjadi pada anak usia tujuh tahun hingga sebelas tahun. Anak mulai
menyesuaikan diri dengan realitas konkret sudah berkembang rasa ingin tahunya.
interaksi dengan lingkungan dan orang-orang sekitar sudah mulai baik karena
sikap egosentrisnya sudah berkurang dan lebih objektif dalam memandang berbagai
hal. Pemikirannya masih konkret karena belum mampu menangkap hal yang abstrak.
4.
Tahap
operasional formal
Tahap ini
terjadi pada anak usia sebelas tahun keatas. Tahap ini anak telah mempu
menghasilkan tindakan dari hasil pemikiran logis. Interaksi dengan lingkungan
sangat luas. Anak telah mampu mengembangkan pemikiran formalnya. Mampu mencapai
rasio dan logika dan dapat menggunakan pemikiran abstraksi.
Ukuran
intelegensi ditentukan deng IQ (intelligence Quotient), tes IQ yang
terkenal adalah tes Binet Simon. Untuk usia remaja IQ dapat dihitung dengan seperangkat pertanyaan
terdiri dari soal (hitungan, kata-kata, gambar-gambar), kemudian menghitung
pertanyaan yang dapat dijawab dengan benar dan dibandingkan dengan sebuah
daftar ( yang dibuat berdasarkan penelitian yang dipercaya). Dapat diketahui
nilai dalam angka IQ seseorang. Jika untuk usia anak-anak dapat dilakukan
dengan memberikan suatu pekerjaan tertentu, menjawab pertanyaan tertentu.
Daftar pekerjaan yang dilakukan anak dan pertanyaan yang dijawab oleh anak
dengan benar dicocokan dengan usia anak.
Howard
Gardner (1993, 1999) (dalam Sarwono, 2011: 93) menyatakan bahwa intelegensi itu
bukan hanya satu, melainkan 7 atau 8. Setiap orang memiliki kekuatan atau
kelebihan masing-masing, tetapi tidak mungkin pandai dalam segala bidang.
Jenis-jenis intelegensi adalah sebagai berikut:
1.
Bodly-kinesthetic
yaitu kecerdasan yang terkait dengan gerakan anggota tubuh.
2.
Interpersonal
yaitu kecerdasan yang terkait dengan hubungan dengan orang lain. Peka terhadap
perasaan, sifat, dan motivasi orang lain.
3.
Verbal-linguistic
yaitu kemampuan yang terkait dengan kata-kata lisan maupun tertulis.
4.
Logical-mathematical
yaitu bidang ini menyangkut logika, penggunaan akal, kemampuan abstraksi dan
angka.
5.
Interpersonal
yaitu kemampuan yang utama adalah introspeksi diri dan refleksi diri. Orang
yang berintelegensi interpersonal yang tinggi biasanya tergolong introvert
(mengerti kelemahan dan kelebihan diri sendiri, keunikan diri sendiri, dan
paham terhadap dirinya sendiri).
6.
Visual-spatial
yaitu terkait dengan kemampuan yang tinggi dalam mengambil keputusan dalam
bidang penglihatan dan ruang.
7.
Musical
yaitu kecerdasan musikal terkait dengan irama, musik, nada dan pendengaran.
8.
Naturalistik
yaitu kaitannya dengan alam, baik pengenalan maupun pemeliharaan alam.
Dimensi
intelektual menurut Fatimah meliputi lima faktor, sebagai berikut:
1.faktor ingatan, yang mencakup: substansi, relasi, dan sistem
2. faktor ingatan yang mengenai pengenalan terhadap: keseluruhan informasi,
golongan kelas, hubungan-hubungan, bentuk atau struktur, dan kesimpulan.
3. faktor evaluatif yang meliputi identitas, relasi-relasi, sistem,
dan problem yang dihadapi.
4. faktor berfikir konvergen meliputi nama-nama, hubungan-hubungan,
sistem-sistem, transformasi, dan implikasi-implikasi yang unik.
5. faktor berfikir divergen meliputi menghasilkan unit-unit.
Cara-cara
untuk membantu perkembangan peserta didik dalam perkembangan intelegensi adalah
dengan cara: pendidik menerima peserta didik secara positif, pendidik
menciptakan suasana dimana peserta didik tidak merasa terlalu dinilai oleh
orang lain, pendidik memberikan pengertian yaitu memahami pemikiran, perasaan,
dan perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi.
2.2
Bakat Khusus Yang Dimiliki Remaja
Bakat
(aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential
ability) yang masih perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut, karena
sifatnya masih potensial atau laten, bakat merupakan potensi yang masih
memerlukan usaha pengembangan dan pelatihan secara sistematis. Bakat sering di
samakan dengan kemampuan seseorang. Padahal kedua istilah tersebut adalah
berbeda. Kemampuan itu adalah daya untuk melakukan sesuatu.
Pengertian
bakat menurut William B. Michael (Fatimah,2008:70) menyatakan bahwa bakat
adalah “an optitude may be defined as a person’s capacity hypothetical
potentistl, for acquisition of a certain more or less well defined patern or
behavior in the performance of a task respect to which the individual has llad
little or no previous training.” (dalam ali, asrori. Conny semiawan, 1987)
bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan,
baik yang bersifat umum, maupun yang bersifat khusus. Istilah bakat khusus dan bakat umum, jika
bakat umum adalah bakat yang bersifat umum. Biasanya berhubungan dengan
kemampuan intelektual. Bakat umum sering disebut dengan istilah gifted. Dan
anak yang memiliki bakat umum disebut gifted children. Sedangkan bakat khusus
adalah kemampuan bawaan berupa potensi khusus dalam bidang tertentu sesuai
potensinya. contohnya bakat menari, bakat di akademik, seni drama, olahraga,
melukis dan lain-lain. Bakat khusus digunakan untuk merealitaskan bakat yang
dimiliki. Bakat khusus sering disebut dengan istilah talent, dan anak yang
memiliki bakat khusus sering disebut talented children. Bakat khusus
dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internalnya atau faktor dari dalam dirinya sendiri adalah minat, motif
berrprestasi, keberanian mengambil risiko, daya juang dalam mengatasi
kesulitan, dan keuletan dalam menanggapi tantangan. Sedangkan faktor
eksternalnya adalah kesempatan yang maksimal, sarana dan prasarana, lingkungan
tempat tinggal, pola asuh orang tua dan dukungan orang tua. Bakat khusus
menurut chonny Semiawan dan Utami Munandar (1987) mengklasifikasikan bakat
khusus menjadi lima bidang:
1.
Bakat
akademik khusus
2.
Bakat
kreatif-produktif
3.
Bakat
seni
4.
Bakat
kinetik/psikomotorik, dan
5.
Bakat
sosial
Bakat
adalah kumpulan sifat, dan biasanya baru nampak ketika diberi kesempatan untuk
mengembangkan, sehingga banyak anak yang tidak mengerti bakat yang ada pada
dirinya sendiri. Bakat memerlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan
motivasi. Jika telah dilakukan latihan, pengalaman, dan motivasi maka bakat
tersebut akan menimbulkan prestasi. Sesorang yang berbakat belum tentu mencapai
pada tingkat prestasi. Jika tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan secara
maksimal, dan tidak memiliki motivasi yang tinggi untuk merealisasikan bakat
yang dimiliki.
Setiap
anak pasti berbeda, begitu pula dalam hal bakat khusus. Setiap anak memiliki
bakat khusus yang berbeda satu-sama lain. Perbedaan tersebut bisa dalam hal
jenisnya dan pada kualitasnya. Contohnya misalnya dua orang saudara yang sulung
memiliki bakat memainkan alat musik gitar sedangkan adik perempuannya memiliki
bakat menari itu contoh dalam hal jenisnya. Sedangkan contoh dalam hal kualitas
misalnya adik si sulung tadi memiliki bakat menari sedangkan teman sebangkunya
juga memiliki bakat menari. Namun kemampuan temannya itu lebih unggul dari adik
si sulung tersebut.
Anak
berbakat menurut Renzuli adalah satu interaksi di antara tiga sifat dasar
manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatan diatas
kemampuan rata-rata, komitmen yang tinggi tehadap tugas-tugas dan krativitas
yang tinggi. Karakteristik anak berbakat adalah sebagai berikut:
1.
Potensi
Beberapa
hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak berbakat memiliki potensi yang
unggul. Potensi disebabkan oleh faktor keturunan.
2.
Cara
menghadapi masalah
Cara
menghadapi masalah adalah ketelibatan seluruh aspes psikologi dan biologis
setiap anak berbakat pada saat mereka berhadapan dengan masalah tersebut.
3.
Prestasi
Prestasi
anak berbakat dapat ditinjau dari segi fisik, psikologis, akademik, dan sosial.
Upaya
pengembangan bakat khusu remaja agar dapat mewujudkan bakat yang dimiliki
secara maksimal, memerlukan pendidikan khusus sesuai dengan bakat yang
dimiliki. Program pendidikan tersebut biasanya dikenal dengan istilah program
pendidikan berdiferensi. Selain pendidikan berdiferensi individu juga
memerlukan dukungan dari lingkungan dengan memberi kesempatan seluas-luasnya,
memberi dukungan maksimal untuk mengembangkan bakat khusus tersebut.
Ada
langkah khusus yang dilakukan untuk mengembangkan bakat khusus individu,
menurut Ali, Arori adalah sebagai berikut:
1.
Mengembangkan
situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi anak-anak dan remaja untuk
mengembangkan bakat khususnya dengan mengusahakan dukungan baik psikologis
maupun fisik.
2.
Berupaya
menumbuhkembangkan minat dan motif berprestasi tinggi di kalangan anak dan
remaja, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
3.
Meningkatkan
kegigihan dan daya juang pada diri anak dan remaja dalam menghadapi tantangan
dan kesulitan.
4.
Mengembangkan
program pendidikan berdeferensi di sekolah dan kurikulum berdiferensiasi pula
guna memberikan pelayanan secara lebih efektif kepada anak dan ramaja yang
memiliki bakat Khusus.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
1. Intelegensi adalah kemampuan menggunakan secara tepat alat-alat
bantu dan pikiran guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntukan baru (dalam
Ari, Arori. Kartini, Kartono, 1984). Faktor yang memepengaruhi intelegensi
adalah faktor hereditas dan faktor lingkungan. Menurut Jean Piaget membagi
intelek atau kognitif menjadi empat tahapan sebagai berikut: Tahap
sensori-motoris, Tahap Praoperasional, operasi konkret, dan oprasional formal.
Cara-cara
untuk membantu perkembangan peserta didik dalam perkembangan intelegensi adalah
dengan cara: pendidik menerima peserta didik secara positif, pendidik
menciptakan suasana dimana peserta didik tidak merasa terlalu dinilai oleh
orang lain, pendidik memberikan pengertian yaitu memahami pemikiran, perasaan,
dan perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi.
2. Bakat
(aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential
ability) yang masih perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut, karena
sifatnya masih potensial atau laten, bakat merupakan potensi yang masih
memerlukan usaha pengembangan dan pelatihan secara sistematis. Bakat dibedakan
menjadi dua yaitu: bakat umum adalah bakat yang bersifat umum. Biasanya
berhubungan dengan kemampuan intelektual. Dan bakat khusus adalah kemampuan
bawaan berupa potensi khusus dalam bidang tertentu sesuai potensinya. Bakat
khusus menurut chonny Semiawan dan Utami Munandar (1987) mengklasifikasikan
bakat khusus menjadi lima bidang:
1.
Bakat
akademik khusus
2.
Bakat
kreatif-produktif
3.
Bakat
seni
4.
Bakat
kinetik/psikomotorik, dan
5.
Bakat
sosial
Anak
berbakat menurut Renzuli adalah satu interaksi di antara tiga sifat dasar
manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatan diatas
kemampuan rata-rata, komitmen yang tinggi tehadap tugas-tugas dan krativitas
yang tinggi. Karakteristik anak berbakat adalah sebagai berikut: potensi, cara
menghadapi masalah, dan prestasi
Ada
langkah khusus yang dilakukan untuk mengembangkan bakat khusus individu,
menurut Ali, Arori adalah sebagai berikut:
5.
Mengembangkan
situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi anak-anak dan remaja untuk
mengembangkan bakat khususnya dengan mengusahakan dukungan baik psikologis
maupun fisik.
6.
Berupaya
menumbuhkembangkan minat dan motif berprestasi tinggi di kalangan anak dan
remaja, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
7.
Meningkatkan
kegigihan dan daya juang pada diri anak dan remaja dalam menghadapi tantangan
dan kesulitan.
8.
Mengembangkan
program pendidikan berdeferensi di sekolah dan kurikulum berdiferensiasi pula
guna memberikan pelayanan secara lebih efektif kepada anak dan ramaja yang
memiliki bakat Khusus.
3.2
Saran
Penulis memahami bahwa penulisan makalah ini belum sempurna
dan memiliki banyak sekali kekurangan,
sehingga penulis mengharapkan saran yang membangun agar makalah ini menjadi
lebih baik.
DAFTAR RUJUKAN
Ali, Mohammad, Asrori, Mohammad, 2012. Psikologi Remaja
perkembangan peserta Didik, Jakarta: PT Bumi Aksara
Fatimah, Enung, 2008. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta
didik), Jakarta: CV Pustaka Setia
Ralia, Dela, 2012, Pengembangan Diri dan Bimbingan Konseling. http://raliadea96.blogspot.com/2012/11/bakat.html (online) di akses pada 25 Pebruari 2014
Sarwono, W. Sarlito, 2011, Psikologi remaja, Jakarta: Rajawali Pers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar