KEBIJAKAN YANG
DIJALANKAN B.J.HABIBIE
ATAS DASAR PEMIKIRANNYA
MENGENAI KEBEBASAN DAN DEMOKRASI
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Sejarah Politik
yang dibina oleh Bapak Daya
Negri Wijaya M.A
Oleh
Dwi Lidiawati
130731615709
![]() |
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
SEJARAH
September 2014
1.
LATAR BELAKANG
Belenggu orde
baru masih dikenang sampai saat ini, memang harus diakui bahwasanya setiap
kebijakan pasti ada unsur positif dan unsur negatif. Unsur negatif dari
pemerintahan Soeharto yang sudah tidak dapat dibendung lagi oleh rakyat khususnya
mahasiswa, membuat mahasiswa berdemonstrasi menuntut presiden Suhartoe lengser
dari bangku kepresidenannya. Era perebutan reformasi ini yang merupakan masa
kelam pemerintahan di Indonesia. Masa-masa itu mengingatkan kita pada peristiwa
di hari-hari terakhir Soekarno di awal enampuluhan (Suseno, 1996:240). Para mahasiswa
menuntut perubahan baik dibidang ekonomi dan dibidang politik. Sebenarnya
pembaharuan harus terus-menerus terjadi dalam perjalanan hidup manusia dan
masyarakat setiap hari (Sindhunata, 2000:99). Mungkin ungkapan itulah yang ada
dibenak para mahasiswa yang menuntut perubahan sistem dengan dijalankannya
reformasi. Menurut Hegel, manusia sebagai kemungkinan harus berkembang menjadi
kenyataan (Sindhunata, 2000:99). Dari pernyataan Hegel tersebut manusia tidak
dapat ditahan, ditekan, dan dibatasi dengan adanya sistem pada masa Orde baru.
Masa perebutan reformasi merupakan langkah awal untuk mendobrak otoritas orde
baru yang telah berjalan dalam kurun waktu puluhan waktu.
Paska orde
baru keadaan Indonesia kacau dan porak-poranda, terjadi krisis di berbagai
bidang. Krisis yang ditinggal oleh era orde baru begitu saja. Krisis yang
paling menonjol adalah krisis ekonomi yang mencekik ekonomi rakyat, dan belum
ada bantuan dari pihak manapun untuk memperbaiki ekonomi Indonesia, dan krisis
politik yang belum ada titik terang dalam penanganannya. Sehingga dapat
dibayangkan bahwa sangat sulit bagi B.J.Habibie dalam keadaan yang sedemikian.
Bahkan ketua umum SMPT UI Rama Pratama mengatakan “apakah akan menjamin kalau
pak Harto diganti akan terjadi semua perubahan di negeri ini?”
(Sindhunata,2000:104). Rakyat khususnya mahasiswa telah membeli mahal demi
tercapainya reformasi, dengan menggelar demonstrasi dimana-mana, demonstrasi
yang memakan banyak waktu, dan sudah banyak korban yang berjatuhan demi
tercapainya reformasi untuk tanah air tercinta. Masa Orde baru yang kelam telah
membuat hilangnya kepercayaan rakyat terhadap kinerja pemerintah. Dan hal itu
masih bergulir ketika masa kepemimpinan presiden B.J.Habibie. rakyat tidak
meletakkan kepercayaan secara penuh kepada beliau. Sebagai relasi
intersubyektif. Kepercayaan adalah sebentuk komunikasi antarmanusia dan antar
kelompok (Sindhunata, 2000:90). Rakyat atau khususnya mahasiswa telah hilang
kepercayaan karena tidak adanya komunikasi yang terjalin antara rakyat dan
pemerintah. Banyak kebijakan atau urusan pemerintahan yang tidak diketahui oleh
rakyat umum.
Mengetahui
seputar kebijakan B.J.Habibie merupakan suatu hal yang penting dari penulisan
proposal penelitian ini. Karena pencacatan demokrasi, penyalahgunaan wewenang,
mengenai kedudukan presiden, makna dari pasal 28 UUD 1945, peran ABRI, adalah
beberapa masalah yang mutlak yang harus diperbaiki atau dirubah di era
reformasi. Pada era orde baru demokrasi dilaksanakan tidak sesuai dengan
pandangan dan cita-cita demokrasi dari pendiri republik Indonesia yaitu
pandangan Hatta dan pandangan Supomo, maka dari itulah pada era reformasi ini
diharapkan dapat menutup masalah-masalah yang melukai demokrasi yang ditanamkan
oleh para pendiri bangsa.
Dari penuturan dan
uraian latar belakang atau alasan pemilihan topik proposal penelitian ini,
penulis ingin mengetahui dan menuliskan mengenai “Politik Yang Dijalankan B.J.Habibie Atas Dasar Pemikirannya Dalam
Kebebasan Dan Demokrasi”. Karena dirasa setiap kebijakan yang dijalankan
tidak jauh dari pemikiran beliau mengenai kebebasan dan demokrasi yang ada
kalanya dipandang berbeda oleh pihak-pihak lain. Dan tidak dapat dianggap rendah
pengetahuan intelektual beliau yang sangat tinggi.
2.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana kinerja B.J.Habibie dalam menanggapi setumpuk masalah yang
ditinggalkan paska orde baru dikaitkan dengan pemikirannya mengenai kebebasan
dan demokrasi?
2.
Bagaimana proses pelaksanaan dari kebijakan yang diterapkan oleh
B.J.Habibie?
3.
Bagaimana hasil dari kebijakan-kebijakan yang dijalankan B.J.Habibie?
3.
TUJUAN PENELITIAN
1.
Untuk mengetahui kinerja b.j.habibie dalam menganggapi setumpuk masalah yang ditinggalkan
paska orde baru yang dikaitkan dengan pemikirannya mengenai kebebasan dan
demokrasi
2.
Menganalisis proses pelaksanan dari politik yang diterapkan b.j.habibie
3.
Mengetahui hasil dari politik-politik yang dijalankan B.J.Habibie
4.
MANFAAT PENELITIAN
A. Untuk peniliti
1. Dapat memberikan wawasan baru mengenai upaya-upaya
politik yang dilakukan b.j.habibie kala masa reformasi awal dan hubungan
kebijakan tersebut dengan pemikiran kebebasan dan pemikiran demokrasi
B.J.Habibie
2. Dapat memberikan informasi mengenai upaya, proses, dan
hasil dari politik yang diterapkan b.j.habibie
B. Untuk jurusan sejarah
1. Dapat memperkaya referensi di jurusan sejarah dalam
kaitannya politik yang dilakukan oleh b.j.habibie
2. Dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan kajian
dalam mata kuliah sejarah politik dan sejarah indonesia kontemporer
3. Bisa memberikan stimulus atau rangsangan dalam
penelitian politik b.j.habibie
C. Bagi masyarakat luas
1. Dapat memperkayaya wawasan masyarakat mengenai
kebijakan-kebijakan yang diambil b.j.habibie
5.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini
merupakan jenis penelitian dengan metode penelitian sejarah. Metodologi sejarah
adalah seperangkat sistem yang berisi asas-asas atau norma-norma, aturan-aturan
dan prosedur, metode dan teknik yang harus diikuti untuk mengumpulkan bukti
sejarah (Lucey dalam Syamsuddin, 1984:22). Menurut syamsuddin yang dimaksud metode
sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan
peninggalan masa lampau (syamsuddin,1996:17). Dalam kaitan metode sejarah
penelitian ini juga menggunakan pendekatan teori-teori ilmu sosial untuk
membantu menjelaskan peristiwa yang terjadi pada masa lampau berkaitan “Dengan Upaya Politik Presiden B.J.Habibie
Dalam Masa Euforia Reformasi Yang Khas Pada Tahun 1998 Sampai 1999”. Dalam
penelitian historis, ada empat tahapan yang harus dilalui, yaitu:
a)
Heuristik
Heuristik
merupakan pengumpulan data, pengumpulan dara berupa data atau sumber primer dan
sumber sekunder. Menurut Susanto
Heuristik merupakan pengumpulan obyek yang berasal dari jaman itu dan
pengumpulan bahan-bahan tercetak, tertulis, dan lisan yang boleh jadi relevan
(Susanto, 1986:18). Bahan-bahan atau sumber ini meliputi sumber primer dan
sumber sekunder. Menururut Sjamsudin (1996:80) sumber primer adalah
evidensi atau bukti yang yang sejaman dengan sustu peristiwa yang terjadi.
Sumber primer yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1)
Arsip
Dalam
penelitian ini arsip yang hendak digunakan adalah arsip nasional RI (ANRI) mengenai Reformasi. Dari arsip tersebut
diharapkan memperoleh informasi yang valid dan kredible mengenai jalannya awal
reformasi di Indonesia khusunya mengenai kebijakan yang dilakukan presiden
B.J.Habibie dan mengenai kepemimpinan B.J.Habibie selama kurang lebih setahun
itu.
2)
Surat kabar
Surat kabar
yang akan digunakan adalah surat kabar yang beredar ketika zaman reformasi.
Banyak surat kabar yang beredar baik surat kabar dalam negeri atau surat kabar
luar negeri karena pada saat reformasi merupakan masa kebebasan pers. Oleh
sebab itu dalam penelitian ini dapat menggunakan surat kabar kompas (jacoeb
oetama), jawa pos (dahlan iskan), media Indonesia (Surya Paloh), media
nusantara citra (Hary Tanusoedibjo), dan tempo (Gunawan Mohammad). Surat-surat
kabar tersebut merupakan surat kabar yang ada pada saat reformasi, sehingga
diharapkan salah satu atau semua surat kabar akan memberikan informasi yang
lengkap mengenai peristiwa reformasi yang terjadi di Indonesia. Surat kabar
pada zaman itu mungkin tidak akan sebanyak seperti sekarang. Karena pada zaman
itu baru diperbolehkan pers atau media massa mengangkat masalah yang menyangkut
dunia pemerintahan Indonesia. Surat kabar pada zaman itu sangat berguna untuk
mengetahui bagaimana reformasi itu dilaksanakan di Indonesia. Dampak dari surat
kabar dibuktikan karena adanya surat kabar pula mahasiswa menuntut presiden
B.J.Habibie untuk turun sebagai presiden.
3)
Data Lisan
Data lisan yang dapat digunakan adalah data lisan dari orang yang masih
hidup pada saat reformasi berlangsung yang dapat memberikan penyaksian mengenai
kehidupan masa reformasi. Yaitu Arfianda Bachtiar adalah salah satu mahasiswa
yang mengikuti demonstrasi menuntut reformasi, beliau juga teman karib dari
Elang Mulia Lesmana yang gugur dalam aksi demonstrasi menuntut reformasi atau
biasa disebut pahlawan reformasi kita. Arfianda Bachtiar atau dikenal dengan
Frankie alumni Universitas Trisakti angkatan 1996 yang kiranya dapat memberikan
informasi atau komentar mengenai reformasi yang kurang lebih berjalan 15 tahun
silam. Baliau ini sebagai tokoh lisan yang berperan dalam menyaksikan peristiwa
reformasi, dan ikut dalam aksi tersebut. Selain sumber primer, penelitian ini
juga menggunakan sumber sekunder yaitu berupa buku-buku yang membahas reformasi
di Indonesia, artikel-artikel dalam buku dan artikel-artikel dalam majalah atau
jurnal.
b)
Kritik
Menurut
Syamsuddin kritik adalah menganalisi secara kritis sumber-sumber sejarah
(Syamsuddin, 1996:20). Setelah mengumpulkan sumber-sumber atau data pada tahap
heuristik, maka data-data tersebut harus dikritisi. Didalam tahapan kritik ini
terdapat dua macam, yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Dalam hal ini yang
didahulukan adalah kritik ekstern karena untuk mengetahui otentik tidaknya
sumber sejarah yang diperoleh.
Kritik ekstern
dalam kaitan teks, dalam penelitian ini berkaitan dengan arsip dan surat kabar.
Teks berhubungan dengan bahan yang digunakan untuk menyajikan sumber sejarah,
sudah sesuai dengan pada zaman itu atau anasinkron. Kemudian kritik intern.
Selain bahan yang digunakan, juga bisa dikritisi mengenai ejaan yang digunakan.
Karena pada masa reformasi ejaan yang digunakan masih ejaan lama.
Kritik ekstern
dalam kaitannya data lisan. Sumber lisan juga dapat dikritisi untuk mengurangi
adanya kemungkinan missing link antara sumber arsip atau surat kabar dengan
sumber lisan. Sumber lisan bisa saja terjadi akibat faktor kesehatan, ingatan,
kepentingan-kepentingan tertentu yang bisa saja disembunyikan atau diperbaiki
dari peristiwa sejarah yang dilakukan oleh narasumber.
Kritik juga
bisa dilakukan pada sumber sekunder, yaitu dengan pertanyaan tentang
otentisitas terhadap sumber sekunder. Dapat dilakukan pula dengan membandingkan
antara sumber sekunder yang satu dengan sumber sekunder yang lain, demi
meminimalisir adanya kepentingan-kepentingan tertentu yang dilakukan oleh
penulis.
Setelah itu,
peneliti membandingkan dari data yang lolos dalam tahap kritik ekstern antara
arsip, surat kabar, dan data lisan. Kemungkinan pasti ada perbedaan, dan
kemungkinan besar juga ada persamaan. Dari persamaan dan perbedaan itu
sumber-sumber tersebut bisa saling melengkapi dan pasti saling berhubungan dan
bergantung satu sama lain.
c)
Interpretasi
Tahapan selanjutnya adalah interpretasi sumber yang telah lolos pada
tahapan kritik. Peneliti menggunakan teori kontrol sosial dan teori mengenai
kebijakkan. Teori kontrol sosial dapat dijelaskan bahwa definisi problem dan
penetapan agenda kebijakan pada dasarnya adalah hasil dari kompetisi
antarkelompok yang berbeda (Truman, 1951; Dahl dan Lindblom, 1953, 1961;
Person,2008:127) yaitu mahasiswa menjadi kontrol yang dapat menuntut perubahan.
Mahasiswa sebagai agent of change dalam
pengawasan pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang dilakukan B.J.Habibie yang
dirasa sesuai atau tidak sesuai dengan konsep dari reformasi yang sebenarnya. mahasiswa
selalu menuntut perbaikan untuk kesejahteraan rakyat. Lengsernya orde lama
menjadi orde baru, lengsernya orde baru menjadi reformasi, serta lengsernya
presiden B.J.Habibie yang selama kurang lebih satu tahun mempertahankan status quo di Indonesia pada awal
reformasi adalah hasil dari kontrol yang dilakukan oleh mahasiswa.
Kinerja B.J.Habibie
pada awal kedudukannya sebagai presiden dirasa telah totalitas dalam menanggapi
tuntutan reformasi. Pemikiran intelektual B.J.Habibie yang sangat luar biasa
dapat diketahui dengan memberikan dialog semacam ini “saya tampak emosional
kalau berbicara, ekspressif seperti yang anda lihat. Tetapi dalam berpikir saya
tidak emodional. Saya berpikir secara sistematik. Bedanya dengan orang-orang
sekarang, bicaranya tenang, tetapi cara berpikirnya emosional”. Dapat ditangkap
bahwasanya beliau memiliki sistem pemikiran yang sistematik dan tidak selalu
sama dengan apa yang diekspresikan, sehingga dapat mengendalikan hati,
ekspresi, pikiran, dengan ucapan. Pemikiran B.J.Habibie selanjutnya adalah
mengenai pembangunan bangsa. Pembangunan bangsa itu seharusnya seperti dua
sayap pesawat terbang. Sayap sebelah kanan adalah iman dan takwa kepada tuhan
yang maha esa. Sayap kiri adalah pembangunan ilmu dan teknologi. Keduanya harus
ada, tidak biisa hanya salah satu saja. Pemikiran beliau juga nampak tentang
penghapusan GBHN, beliau merasa seharusnya hal itu tidak perlu dilakukan,
karena mengapa apapun yang berbau orde baru pasti dihapuskan, kalau GBHN
dihapus mau jadi apa Indonesia ini. B.J.Habibie telah mencurahkan pikiran,
tenaga, dalam bentuk kebijakan yang diputuskan pada awal reformasi. Beliau
memperbaiki segala penyelewangan baik dibidang ekonomi atau politik pada era
orde baru, membebaskan tapol atau napol, menghidupkan kebebasan pers, menghapus
tata niaga, membersihkan monopoli dan nepotisme keluarga cendana sesuai dengan
suasana reformasi, ABRI berfikir dan bertindak sesuai dengan tuntutan zaman
(Sanjoto, 1999: 38). Dan masih ada kebijakan-kebijakan lain yang pada dasarnya
didasari tujuan positif untuk rakyat. kemudian pemikiran B.J.Habibie mengenai
kebebasan adalah rakyat diberikan kebebasan dengan sebebas-bebasnya dengan
dipagari adanya aturan konstitusi yang tetap melindungi kebebasan yang
diberikan tersebut. Kebebasan ini ditandai dengan kebijakan kebebasan pers yang
dicanangkan, kebebasan berpendapat, beragumen didepan umum. Mengesahkan
perangkat internasional dibidang HAM, desimnasi informasi dan pendidikan
dibidang HAM, penentuan skala prioritas pelaksanaan HAM, pelaksanaan isi
perangkat internasional bidang HAM yang telah diratifikasi melalui perundang-undangan
nasional. Sedangkan pemikiran mengenai demokrasi adalah mengutamakan suara
rakyat daripada suara parlemen. Karena demokrasi yang sebenarnya adalah berada
sepenuhnya dari, oleh, dan untuk rakyat. sehingga B.J.Habibie mengusahakan
bahwa demokrasi berjalan dengan sebenar-benarnya.
Kemudian penulis menggunakan teori mengenai kebijakan yang dituturkan May
dan Widausky. Penulis dapat mengidentifikasi bahwa dalam pemutusan kebijakan
yang diambil presiden B.J.Habibie belum matang, sehingga banyak mengalami
kegagalan, atau tidak semua rakyat Indonesia menerima positif atas kebijakan
yang beliau ambil. B.J.Habibie pada saat awal reformasi sangat serba sulit.
Seluruh rakyat Indonesia mendesak dilakukan perbaikan ekonomi dan politik
secara cepat, sedangkan keadaan yang dihadapi tidak menjangkau untuk dilakukan
perbaikan dengan waktu singkat. Penyelewangan atau kerusakan sistem telah
mengakar, sehingga sangat sulit jika dilakukan dalam waktu sekejap. Atas
desakan itulah akhirnya B.J.Habibie tidak memiliki cara lain, selain melakukan
perubahan secara drastis dengan kebijakan yang ekstrem pula, sedangkan rakyat
pula belum siap menghadapi kebijakan yang diputuskan beliau. Seperti misalnya
dalam hal perbaikan dibidang ekonomi B.J.Habibie memutuskan untuk menaikan BBM,
biaya transpor, dan biaya barang-barang sembako. Demi meyakinkan IMF kepada
pemerintahan Indonesia, dan pada akhirnya diharapkan IMF membantu perekonomian
Indonesia yang anjlok pada waktu itu. Menurut Interpretasi penulis B.J.Habibie
mengalami dilema dalam hal kebijakan. Karena ada banyak kebijakan yang harus
ditetapkan, dengan jangka waktu yang bersamaan. Sehingga sangat sulit
memikirkan secara matang atas apa yang akan dilaksanakan untuk seluruh rakyat
Indonesia.
Interpretasi terhadap rakyat Indonesia pada awal reformasi di Indonesia.
Rakyat sudah jenuh dengan pemerintahan orde baru yang menekan fisik, psikis,
serta perekonomian rakyat. oleh sebab itu rakyat ingin cepat beranjak dari masa
itu, dan ingin cepat-cepat melakukan perbaikan secara revolusi. Kebijakan yang
dilakukan B.J.Habibie tidak semuanya siap dihadapi rakyat. seperti kenaikan
harga-harga sembako. Kebijakan itu malah membuat rakyat semakin sengsara dan
akhirnya menilai B.J.Habibie tidak memenuhi aspirasi rakyat. selain itu sejak
awal B.J.Habibie telah krisis kepercayaan akibat statusnya sebagai wakil
presiden adalah merupakan suatu aksi nepotisme yang dilakukan Soeharto pada era
orde baru. Kenyataan itu semakin membuat B.J.Habibie dalam keadaan yang gelap.
d)
Historiografi
Historiograsi
merupakan tahap terakhir yang dilakukan dalam metodologi sejarah. Setelah
dilakukan heuristik (pengumpulan data), tahap kritik (ekstern, intern), tahap
interpretasi. Historiografi menurut Gottschalk adalah usaha untuk
mensintesiskan data-data dan fakta sejarah menjadi suatu kisah yang jelas dalam
bentuk lisan maupun tulisan dalam buku atau artikel maupun perkuliahan sejarah
(Gottschalk dalam Syamsuddin, 1996:17).
Dalam penulisan sejarah penelitian ini akan dilakukan sesuai dengan
sistematika penulisan.
6.
DEFINI ISTILAH
1) Kebijakan
Menurut lasswell (1970) kebijakan adalah sebagai suatu
program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah
Menurut anderson (1979) kebijakan adalah serangkaian
tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang mesti diikuti dan dilakukan oleh
para pelakunya untuk memecahkan mmasalah
Menurut Eulau (1977) kebijakan adalah keputusan tetap, dicirikan
oleh tindakan yang tergabung dan berulang-ulang pada merekan yang membuat dan
melaksanakan kebijakan.
2) Demokrasi
Menurut H. Harris Soche (Yogyakarta: Hanindita, 1985)
demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintah
melekat pada diri rakyat atau diri orang banyak dan merupakan hak bagi rakyat
unru orang banyak untuk mengatur, mempertahankan dan melindungi dirinya dari
paksaan dan pemerkosaan orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah.
7.
KAJIAN TEORI
1.
Konsep Harold Laswell
Konsep Harold
Laswell tentang analisis atau ilmuan kebijakan meliputi sejumlah peran dan tipe
yaitu: dokter bagi personalitas politik, insinyur sosial, pengumpul
intelegensi, advokad kebijakkan, mahasiswa administrasi politik. Tiga karakter
terakhir itulah yang muncul sebagai “tipe” dominan analisis kebijakan (Parson,
2008:31). Kelebihan teori ini menganggap bahwa kebijakan dapat dianalisis oleh
beberapa tipe masyarakat. Sedangkan kekurangannya adalah tidak semua tipe
masyarakat dapat menganalisis dalam kebijakan, misalnya dalam pemerintahan
otoriter teori ini tidak dapat digunakan sebagai pedoman. Teori ini jika
dikaitkan dengan tercapainya reformasi karena adanya tuntutan dari mahasiswa
dan adanya MPR sebagai advokad kebijakan. Tercapainya reformasi yang
diidam-idamkan seluruh rakyat Indonesia.
2.
Teori Kontrol Sosial
Dari
perspektif pluralis, definisi problem dan penetapan agenda kebijakan pada
dasarnya adalah hasil dari kompetisi antarkelompok yang berbeda (Truman, 1951;
Dahl dan Lindblom, 1953, 1961; Person,2008:127). Teori ini dapat dikaitkan dengan
era reformasi bawasanya menuntut raformasi yang dicanangkan presiden Sioeharto
setelah atau pada tahun 2003, nyatanya agenda kebijakan itu dapat dipatahkan
oleh kelompok Intelengensi mahasiswa. Sesuai dengan yang ditulis oleh Parson
dalam bukunya “Publik policy pengantar teori dan praktik analisis kebijakan ”
menyatakan bahwa :
Kekuatan untuk
mempengaruhi pasang surutnya suatu isu atau keluar masunya pada agenda
kebijakan dianggap lebih tersebar ketimbang terkonsentrasi, dan meskipun versi
pluralisme awal mengakui bahwa kekuasaan dan pengaruh tidak didistribusikan
secara equal, pembuatan kebijakan dianggap sebagai sesuatu yang terbuka bagi
kebebasan berbicara dan debat politik (Person, 2008:128).
Sesuai dengan
yang ditulis Person diatas, isu-isu yang diterima oleh presiden Soeharto ketika
berada di Mesir, dan ketika kembali ke tanah air tuntutan kelompok mahasiswa
menjadi bumerang bagi kebijakan yang telah direncanakan sebelumnya. Serta ketika presiden B.J.Habibie
menetapkan sejumlah rencana untuk tetap mempertahankan status quo Indonesia dengan kebijakan-kebijak yang lain yang
ditawarkan, akhirnya runtuh dengan tuntutan pemilu 1999. Pernyataan Person
mempertegas bahwa kebebasan mengubah kebijakan itu terbuka oleh sisapapun,
meskip un berada pada otorita pemerintah yang tidak terbendung.
Ada beberapa
pandangan dari ilmuan mengenai teori Kontrol agenda ini, salah satunya yaitu
dari Cobb dan Elder dengan perluasan konflik, perluasan pada cara konflik
diperluas dan dikelola. Menurut Parson ada beberapa cara untuk menciptakan isu
yang akan mengakibatkan konflik, yaitu:
isu dibuat oleh
partai yang merasa melihat ketidak adilan atau bias (penyelewengan) dalam
kontribusi kekuasaan dan sumber daya, penciptaan isu demi kepentingan dan
keuntungan peronal atau kelompok tertentu. Isu tercipta akibat peristiwa yang
tak terduga, dan isu dibuat oleh “orang yang selalu ingin perbaikan” (Person,
2008:129).
Dari penuturan
Person diatas, reformasi lebih mengarah pada isu yang dibuat oleh “orang yang
selalu ingin perbaikan”, dalam kontek ini adalah mahasiswa. Mahasiswa melihat
krisis ekonomi yang berkepanjangan dengan penderitaan rakyat, krisis ekonomi
ini ada kaitannya dengan krisis politik di Indonesia kala itu, sehingga mereka
(mahasiswa) menuntut perbaikan dan perubahan dibidang eonomi dan politik,
dibidang ekonomi dapat diperbaiki dengan bantuan IMF yang telah disepakati,
sedangkan krisis politik hanya dapat diperbaiki dengan merubah sistem pemerintahan orde baru menjadi
pemerintahan reformasi.
3.
Teori mengenai Kebijakan menurut May dan Widausky
Dalam memutuskan kebijakan itu adalah berawal dari problem, problem tersebut
didefinisikan, di identifikasi respon atau solusi alternatif, dari tahap itu ke
evaluasi opsi, dari evaluasi opsi ke seleksi opsi kebijakan, kemudian di
implementasi setelah diseleksi opsi kebijakan tadi, dan yang terakhir adalah
evaluasi (Parson, 2008:80).
Kelebihan teori ini adalah menggunakan proses pemutusan kebijakan secara
matang dan dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan kekurangan teori ini adalah
dalam pemutusan kebijakan membutuhkan waktu yang relatif lama, dengan begitu
banyak respon, ataupun opsi evaluasi solusi alternatif, jika diimplementasikan
tidak semua kebijakan memiliki waktu yang panjang dalam penyelesaiannya, selain
itu dengan dibutuhnya waktu yang relatif lama, tidak bisa maksimal penggunaan
teori ini dalam masalah B.J.Habibie yang dikejar begitu banyak keputusan kebijakan
yang harus diselesaikan dalam kurun waktu yang relatif sempit. Dibawah ini akan
digambarkan proses pengambilan kebijakan menurut May dan Widausky:
![]() |
![]() |
||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||
Dalam hubungan
proses kebijakan yang dijelaskan May dan Widausky, sepertinya belum dilakukan
secara maksimal karena dihadapkan pada keadaan yang tidak mendukung. Tidak
banyak waktu yang dimiliki B.J.Habibie untuk memperbaiki Indonesia jika
dilakukan proses yang lumayan rumit. Akibatnya banyak kebijakan yang tidak
matang dalam proses pemutusannya. Dan kembali menjadi bumerang pada masa
kepemimpinannya.
8.
SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan penelitian ini, pada BAB I atau
pendahuluan akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah atau fokus
penelitian, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian.
Selanjutnya
pada BAB II akan dituliskan mengenai kinerja B.J.Habibie dalam menanggapi
setumpuk masalah yang ditinggalkan oleh era orde baru. Dalam bab ini ada
beberapa yang akan diuraikan, seperti deskripsi keadaan awal reformasi yang
dihadapi B.J.Habibie dan gambaran masalah-masalah yang harus dikerjakan oleh
presiden baru tersebut.
BAB III akan
membahas proses pelaksanaan dari politik yang diterapkan oleh B.J.Habibie. di
BAB ini kiranya akan membahas pelaksanaan politik dibidang ekonomi dan dibidang
pemerintahan.
Hasil dari
politik-politik yang dijalankan B.J.Habibie tadi akan dibahas di bab
tersendiri, yaitu pada BAB IV. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil dari
politik-politik yang telah dijalankan baik dibidang pemerintahan maupun
dibidang ekonomi meliputi hasil yang bersifat positif maupun hasil yang
bersifat negatif. Pada BAB V adalah penutup yang berisi kesimpulan dari
penelitian dan saran-saran. Secara lebih detail dapat dituliskan sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
2.
Rumusan Masalah Atau Fokus Penelitian
3.
Tujuan Penelitian
4.
Manfaat Penelitian
BAB II KINERJA B.J.HABIBIE
DALAM MENANGGAPI SETUMPUK MASALAH YANG DITINGGALKAN PASKA ORDE BARU
1.
Gambaran Keadaan Indonesia Baik Dibidang Pemerintahan Maupun Dibidang
Ekonomi Pada Awal Era Reformasi
2.
Deskripsi Masalah Yang Dihadapi B.J.Habibie Baik Dibidang Pemerintahan
Maupun Dibidang Ekonomi Pada Awal Era Reformasi
BAB III PROSES PELAKSANAAN DARI
POLITIK YANG DITERAPKAN OLEH B.J.HABIBIE
1.
Pelaksanaan Politik Dibidang Pemerintahan
2.
Pelaksanaan Politik Dibidang Ekonomi
BAB IV HASIL DARI
POLITIK-POLITIK YANG DIJALANKAN B.J.HABIBIE
1.
Hasil Positif Dan Negatif Politik B.J.Habibie Dibidang Pemerintahan
2.
Hasil Positif Dan Negatif Politik B.J.Habibie Dibidang Ekonomi
BAB
V PENUTUP
1.
Simpulan Penelitian
2.
Saran
DAFTAR RUJUKAN
Ehrenhalt, A.
2006. Demokrasi Dalam Cermin Politik Akar
Rumput Dan Reformasi Amerika Serikat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Gottschalk,
L. 1986. Mengerti Sejara. Jakarta: UI Press Universitas Indonesia
Heynes, J.
2000. Demokrasi Dan Masyarakat Sipil Di
Dunia Ketiga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Hikam, M.
1996. Demokrasi Dan Civil Society.
Jakarta: Pustaka LP3ES
Imron, Ali.
2002. Kebijakan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara
Kantaprawira,
R. 2006. Sistem Politik Indonesia. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset
Margono. 2012.
Pendidikan Pancasila Topik Aktual
Kenegaraan Dan Kebangsaan. Malang: UM Press
Person,W.
1995. Public Policy Pengantar Teori Dan
Praktis Analisis Kebijakan. Jakarta: Kencana Prenada Media Groub
Rahman,
F.2007. Demokrasi Tanpa Kaum Demokrat.
Depok: Koekoesan
Sanjoto. 1999.
Reformasi Dalam Perspektif Sanjoto.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Sindunata.
2000. Sakitnya Melahirkan Demokrasi.
Yogyakarta: Kanisius
Sjamsuddin,
Ismaun. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta:Depdikbud
Sjamsudin,
Helius.1996.Metodologi Sejarah.Jakarta:Depdikbud.
Suratman.
2002. Unjuk Negaraku Sebuah Potret
Perjuangan Di Timor Timur. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Suseno, F,M.
1995. Mencari Sosok Demokrasi Sebuah
Telaah Filosofis. Jakarta: Sun Printing
T.
Wardaya, Baskara. 2007. Menguak Misteri Kekuasaan Soeharto. Jakarta: Galang
Press
9.
LAMPIRAN
1.
Kritik dan saran dari teman satu angkatan
a.
Nama: Fahad Akbar
Angkatan: 2013
No. HP: 087850990066
Masukan:
peneliti memiliki penelitian ini sudah bagus dan menarik. Mungkin hanya ada
beberapa penambahan dalam sistematika penulisannya mengenai bagaimana usaha
Bapak B. J. Habibie dalam usahanya mendapatkan kepercayaan kembali terhadap
masyarakat Indonesia. agar penelitian ini lebih menarik lagi. Di usahakan data
lisannya mencari informan yang langsung terjun ketika terjadi demonstrasi
besar-besaran pada tahun 1998. Kalau bisa mencari lebih dari tiga orang bisa
dapat informasi yang great. Thank you
.....
Tindak
Lanjut: Diharapkan proposal ini tidak berhenti disini, alangkah baiknya di
lanjutkan untuk acara seminar kalau bisa lolos nantinya di dosen pembimbing
bisa dibuat Skripsi.
b.
Anita Sari
Masukan : kalau mengacu pada RPS, masksimal 10 halaman,
dan itu mungkin bisa dibenahi lagi. Untuk penulisan daftar rujukan, untuk
daftar rujukan juga bisa diperbaiki, untuk penulisan judul dicetak miring
c.
Herlin Dwi Rahcmania
Kritik: 1. Penulisan kuripan yang lebih dari 40 kata
sebaiknya ditulis 1,2 cm dari garis tepi sebelah kanan dan kiri, dan rata kanan
kiri. 2. Penulisan daftar rujukan jika lebih dari satu baris, yang barik kedua
menjorok kekanan 1,2 cm. 3. Menurut mas daya diproposalnya tidak perlu ada
bullet and numbering
Kritik dan
saran dari Kakak Tingkat
a.
July Suria
Kritik: jarak antar
setiap enter tidak sama, sehingga membuat penulisan tidak begitu baik untuk
dibaca.
Saran :
kesalahan-kesalahan dapat diperbaiki dalam pembuatan proposal selanjutnya yang
akan dibuat kedepannya.
b.
Yuni Husna
Kritik : latar
belakang yang dituliskan tidak fokus, terkesan mengarah menuju isi. Dan jika
judul berbunyi politik, didalam latar belakang selalu ditulis kebijakan,
nampaknya kurang sinkron.
Saran : sebaiknya
melihat contoh-contoh proposal penelitian di skripsi agar bisa mempelajarinya.
KEBIJAKAN YANG
DIJALANKAN B.J.HABIBIE
ATAS DASAR PEMIKIRANNYA
MENGENAI KEBEBASAN DAN DEMOKRASI
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Sejarah Politik
yang dibina oleh Bapak Daya
Negri Wijaya M.A
Oleh
Dwi Lidiawati
130731615709
![]() |
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
SEJARAH
September 2014
1.
LATAR BELAKANG
Belenggu orde
baru masih dikenang sampai saat ini, memang harus diakui bahwasanya setiap
kebijakan pasti ada unsur positif dan unsur negatif. Unsur negatif dari
pemerintahan Soeharto yang sudah tidak dapat dibendung lagi oleh rakyat khususnya
mahasiswa, membuat mahasiswa berdemonstrasi menuntut presiden Suhartoe lengser
dari bangku kepresidenannya. Era perebutan reformasi ini yang merupakan masa
kelam pemerintahan di Indonesia. Masa-masa itu mengingatkan kita pada peristiwa
di hari-hari terakhir Soekarno di awal enampuluhan (Suseno, 1996:240). Para mahasiswa
menuntut perubahan baik dibidang ekonomi dan dibidang politik. Sebenarnya
pembaharuan harus terus-menerus terjadi dalam perjalanan hidup manusia dan
masyarakat setiap hari (Sindhunata, 2000:99). Mungkin ungkapan itulah yang ada
dibenak para mahasiswa yang menuntut perubahan sistem dengan dijalankannya
reformasi. Menurut Hegel, manusia sebagai kemungkinan harus berkembang menjadi
kenyataan (Sindhunata, 2000:99). Dari pernyataan Hegel tersebut manusia tidak
dapat ditahan, ditekan, dan dibatasi dengan adanya sistem pada masa Orde baru.
Masa perebutan reformasi merupakan langkah awal untuk mendobrak otoritas orde
baru yang telah berjalan dalam kurun waktu puluhan waktu.
Paska orde
baru keadaan Indonesia kacau dan porak-poranda, terjadi krisis di berbagai
bidang. Krisis yang ditinggal oleh era orde baru begitu saja. Krisis yang
paling menonjol adalah krisis ekonomi yang mencekik ekonomi rakyat, dan belum
ada bantuan dari pihak manapun untuk memperbaiki ekonomi Indonesia, dan krisis
politik yang belum ada titik terang dalam penanganannya. Sehingga dapat
dibayangkan bahwa sangat sulit bagi B.J.Habibie dalam keadaan yang sedemikian.
Bahkan ketua umum SMPT UI Rama Pratama mengatakan “apakah akan menjamin kalau
pak Harto diganti akan terjadi semua perubahan di negeri ini?”
(Sindhunata,2000:104). Rakyat khususnya mahasiswa telah membeli mahal demi
tercapainya reformasi, dengan menggelar demonstrasi dimana-mana, demonstrasi
yang memakan banyak waktu, dan sudah banyak korban yang berjatuhan demi
tercapainya reformasi untuk tanah air tercinta. Masa Orde baru yang kelam telah
membuat hilangnya kepercayaan rakyat terhadap kinerja pemerintah. Dan hal itu
masih bergulir ketika masa kepemimpinan presiden B.J.Habibie. rakyat tidak
meletakkan kepercayaan secara penuh kepada beliau. Sebagai relasi
intersubyektif. Kepercayaan adalah sebentuk komunikasi antarmanusia dan antar
kelompok (Sindhunata, 2000:90). Rakyat atau khususnya mahasiswa telah hilang
kepercayaan karena tidak adanya komunikasi yang terjalin antara rakyat dan
pemerintah. Banyak kebijakan atau urusan pemerintahan yang tidak diketahui oleh
rakyat umum.
Mengetahui
seputar kebijakan B.J.Habibie merupakan suatu hal yang penting dari penulisan
proposal penelitian ini. Karena pencacatan demokrasi, penyalahgunaan wewenang,
mengenai kedudukan presiden, makna dari pasal 28 UUD 1945, peran ABRI, adalah
beberapa masalah yang mutlak yang harus diperbaiki atau dirubah di era
reformasi. Pada era orde baru demokrasi dilaksanakan tidak sesuai dengan
pandangan dan cita-cita demokrasi dari pendiri republik Indonesia yaitu
pandangan Hatta dan pandangan Supomo, maka dari itulah pada era reformasi ini
diharapkan dapat menutup masalah-masalah yang melukai demokrasi yang ditanamkan
oleh para pendiri bangsa.
Dari penuturan dan
uraian latar belakang atau alasan pemilihan topik proposal penelitian ini,
penulis ingin mengetahui dan menuliskan mengenai “Politik Yang Dijalankan B.J.Habibie Atas Dasar Pemikirannya Dalam
Kebebasan Dan Demokrasi”. Karena dirasa setiap kebijakan yang dijalankan
tidak jauh dari pemikiran beliau mengenai kebebasan dan demokrasi yang ada
kalanya dipandang berbeda oleh pihak-pihak lain. Dan tidak dapat dianggap rendah
pengetahuan intelektual beliau yang sangat tinggi.
2.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana kinerja B.J.Habibie dalam menanggapi setumpuk masalah yang
ditinggalkan paska orde baru dikaitkan dengan pemikirannya mengenai kebebasan
dan demokrasi?
2.
Bagaimana proses pelaksanaan dari kebijakan yang diterapkan oleh
B.J.Habibie?
3.
Bagaimana hasil dari kebijakan-kebijakan yang dijalankan B.J.Habibie?
3.
TUJUAN PENELITIAN
1.
Untuk mengetahui kinerja b.j.habibie dalam menganggapi setumpuk masalah yang ditinggalkan
paska orde baru yang dikaitkan dengan pemikirannya mengenai kebebasan dan
demokrasi
2.
Menganalisis proses pelaksanan dari politik yang diterapkan b.j.habibie
3.
Mengetahui hasil dari politik-politik yang dijalankan B.J.Habibie
4.
MANFAAT PENELITIAN
A. Untuk peniliti
1. Dapat memberikan wawasan baru mengenai upaya-upaya
politik yang dilakukan b.j.habibie kala masa reformasi awal dan hubungan
kebijakan tersebut dengan pemikiran kebebasan dan pemikiran demokrasi
B.J.Habibie
2. Dapat memberikan informasi mengenai upaya, proses, dan
hasil dari politik yang diterapkan b.j.habibie
B. Untuk jurusan sejarah
1. Dapat memperkaya referensi di jurusan sejarah dalam
kaitannya politik yang dilakukan oleh b.j.habibie
2. Dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan kajian
dalam mata kuliah sejarah politik dan sejarah indonesia kontemporer
3. Bisa memberikan stimulus atau rangsangan dalam
penelitian politik b.j.habibie
C. Bagi masyarakat luas
1. Dapat memperkayaya wawasan masyarakat mengenai
kebijakan-kebijakan yang diambil b.j.habibie
5.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini
merupakan jenis penelitian dengan metode penelitian sejarah. Metodologi sejarah
adalah seperangkat sistem yang berisi asas-asas atau norma-norma, aturan-aturan
dan prosedur, metode dan teknik yang harus diikuti untuk mengumpulkan bukti
sejarah (Lucey dalam Syamsuddin, 1984:22). Menurut syamsuddin yang dimaksud metode
sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan
peninggalan masa lampau (syamsuddin,1996:17). Dalam kaitan metode sejarah
penelitian ini juga menggunakan pendekatan teori-teori ilmu sosial untuk
membantu menjelaskan peristiwa yang terjadi pada masa lampau berkaitan “Dengan Upaya Politik Presiden B.J.Habibie
Dalam Masa Euforia Reformasi Yang Khas Pada Tahun 1998 Sampai 1999”. Dalam
penelitian historis, ada empat tahapan yang harus dilalui, yaitu:
a)
Heuristik
Heuristik
merupakan pengumpulan data, pengumpulan dara berupa data atau sumber primer dan
sumber sekunder. Menurut Susanto
Heuristik merupakan pengumpulan obyek yang berasal dari jaman itu dan
pengumpulan bahan-bahan tercetak, tertulis, dan lisan yang boleh jadi relevan
(Susanto, 1986:18). Bahan-bahan atau sumber ini meliputi sumber primer dan
sumber sekunder. Menururut Sjamsudin (1996:80) sumber primer adalah
evidensi atau bukti yang yang sejaman dengan sustu peristiwa yang terjadi.
Sumber primer yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1)
Arsip
Dalam
penelitian ini arsip yang hendak digunakan adalah arsip nasional RI (ANRI) mengenai Reformasi. Dari arsip tersebut
diharapkan memperoleh informasi yang valid dan kredible mengenai jalannya awal
reformasi di Indonesia khusunya mengenai kebijakan yang dilakukan presiden
B.J.Habibie dan mengenai kepemimpinan B.J.Habibie selama kurang lebih setahun
itu.
2)
Surat kabar
Surat kabar
yang akan digunakan adalah surat kabar yang beredar ketika zaman reformasi.
Banyak surat kabar yang beredar baik surat kabar dalam negeri atau surat kabar
luar negeri karena pada saat reformasi merupakan masa kebebasan pers. Oleh
sebab itu dalam penelitian ini dapat menggunakan surat kabar kompas (jacoeb
oetama), jawa pos (dahlan iskan), media Indonesia (Surya Paloh), media
nusantara citra (Hary Tanusoedibjo), dan tempo (Gunawan Mohammad). Surat-surat
kabar tersebut merupakan surat kabar yang ada pada saat reformasi, sehingga
diharapkan salah satu atau semua surat kabar akan memberikan informasi yang
lengkap mengenai peristiwa reformasi yang terjadi di Indonesia. Surat kabar
pada zaman itu mungkin tidak akan sebanyak seperti sekarang. Karena pada zaman
itu baru diperbolehkan pers atau media massa mengangkat masalah yang menyangkut
dunia pemerintahan Indonesia. Surat kabar pada zaman itu sangat berguna untuk
mengetahui bagaimana reformasi itu dilaksanakan di Indonesia. Dampak dari surat
kabar dibuktikan karena adanya surat kabar pula mahasiswa menuntut presiden
B.J.Habibie untuk turun sebagai presiden.
3)
Data Lisan
Data lisan yang dapat digunakan adalah data lisan dari orang yang masih
hidup pada saat reformasi berlangsung yang dapat memberikan penyaksian mengenai
kehidupan masa reformasi. Yaitu Arfianda Bachtiar adalah salah satu mahasiswa
yang mengikuti demonstrasi menuntut reformasi, beliau juga teman karib dari
Elang Mulia Lesmana yang gugur dalam aksi demonstrasi menuntut reformasi atau
biasa disebut pahlawan reformasi kita. Arfianda Bachtiar atau dikenal dengan
Frankie alumni Universitas Trisakti angkatan 1996 yang kiranya dapat memberikan
informasi atau komentar mengenai reformasi yang kurang lebih berjalan 15 tahun
silam. Baliau ini sebagai tokoh lisan yang berperan dalam menyaksikan peristiwa
reformasi, dan ikut dalam aksi tersebut. Selain sumber primer, penelitian ini
juga menggunakan sumber sekunder yaitu berupa buku-buku yang membahas reformasi
di Indonesia, artikel-artikel dalam buku dan artikel-artikel dalam majalah atau
jurnal.
b)
Kritik
Menurut
Syamsuddin kritik adalah menganalisi secara kritis sumber-sumber sejarah
(Syamsuddin, 1996:20). Setelah mengumpulkan sumber-sumber atau data pada tahap
heuristik, maka data-data tersebut harus dikritisi. Didalam tahapan kritik ini
terdapat dua macam, yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Dalam hal ini yang
didahulukan adalah kritik ekstern karena untuk mengetahui otentik tidaknya
sumber sejarah yang diperoleh.
Kritik ekstern
dalam kaitan teks, dalam penelitian ini berkaitan dengan arsip dan surat kabar.
Teks berhubungan dengan bahan yang digunakan untuk menyajikan sumber sejarah,
sudah sesuai dengan pada zaman itu atau anasinkron. Kemudian kritik intern.
Selain bahan yang digunakan, juga bisa dikritisi mengenai ejaan yang digunakan.
Karena pada masa reformasi ejaan yang digunakan masih ejaan lama.
Kritik ekstern
dalam kaitannya data lisan. Sumber lisan juga dapat dikritisi untuk mengurangi
adanya kemungkinan missing link antara sumber arsip atau surat kabar dengan
sumber lisan. Sumber lisan bisa saja terjadi akibat faktor kesehatan, ingatan,
kepentingan-kepentingan tertentu yang bisa saja disembunyikan atau diperbaiki
dari peristiwa sejarah yang dilakukan oleh narasumber.
Kritik juga
bisa dilakukan pada sumber sekunder, yaitu dengan pertanyaan tentang
otentisitas terhadap sumber sekunder. Dapat dilakukan pula dengan membandingkan
antara sumber sekunder yang satu dengan sumber sekunder yang lain, demi
meminimalisir adanya kepentingan-kepentingan tertentu yang dilakukan oleh
penulis.
Setelah itu,
peneliti membandingkan dari data yang lolos dalam tahap kritik ekstern antara
arsip, surat kabar, dan data lisan. Kemungkinan pasti ada perbedaan, dan
kemungkinan besar juga ada persamaan. Dari persamaan dan perbedaan itu
sumber-sumber tersebut bisa saling melengkapi dan pasti saling berhubungan dan
bergantung satu sama lain.
c)
Interpretasi
Tahapan selanjutnya adalah interpretasi sumber yang telah lolos pada
tahapan kritik. Peneliti menggunakan teori kontrol sosial dan teori mengenai
kebijakkan. Teori kontrol sosial dapat dijelaskan bahwa definisi problem dan
penetapan agenda kebijakan pada dasarnya adalah hasil dari kompetisi
antarkelompok yang berbeda (Truman, 1951; Dahl dan Lindblom, 1953, 1961;
Person,2008:127) yaitu mahasiswa menjadi kontrol yang dapat menuntut perubahan.
Mahasiswa sebagai agent of change dalam
pengawasan pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang dilakukan B.J.Habibie yang
dirasa sesuai atau tidak sesuai dengan konsep dari reformasi yang sebenarnya. mahasiswa
selalu menuntut perbaikan untuk kesejahteraan rakyat. Lengsernya orde lama
menjadi orde baru, lengsernya orde baru menjadi reformasi, serta lengsernya
presiden B.J.Habibie yang selama kurang lebih satu tahun mempertahankan status quo di Indonesia pada awal
reformasi adalah hasil dari kontrol yang dilakukan oleh mahasiswa.
Kinerja B.J.Habibie
pada awal kedudukannya sebagai presiden dirasa telah totalitas dalam menanggapi
tuntutan reformasi. Pemikiran intelektual B.J.Habibie yang sangat luar biasa
dapat diketahui dengan memberikan dialog semacam ini “saya tampak emosional
kalau berbicara, ekspressif seperti yang anda lihat. Tetapi dalam berpikir saya
tidak emodional. Saya berpikir secara sistematik. Bedanya dengan orang-orang
sekarang, bicaranya tenang, tetapi cara berpikirnya emosional”. Dapat ditangkap
bahwasanya beliau memiliki sistem pemikiran yang sistematik dan tidak selalu
sama dengan apa yang diekspresikan, sehingga dapat mengendalikan hati,
ekspresi, pikiran, dengan ucapan. Pemikiran B.J.Habibie selanjutnya adalah
mengenai pembangunan bangsa. Pembangunan bangsa itu seharusnya seperti dua
sayap pesawat terbang. Sayap sebelah kanan adalah iman dan takwa kepada tuhan
yang maha esa. Sayap kiri adalah pembangunan ilmu dan teknologi. Keduanya harus
ada, tidak biisa hanya salah satu saja. Pemikiran beliau juga nampak tentang
penghapusan GBHN, beliau merasa seharusnya hal itu tidak perlu dilakukan,
karena mengapa apapun yang berbau orde baru pasti dihapuskan, kalau GBHN
dihapus mau jadi apa Indonesia ini. B.J.Habibie telah mencurahkan pikiran,
tenaga, dalam bentuk kebijakan yang diputuskan pada awal reformasi. Beliau
memperbaiki segala penyelewangan baik dibidang ekonomi atau politik pada era
orde baru, membebaskan tapol atau napol, menghidupkan kebebasan pers, menghapus
tata niaga, membersihkan monopoli dan nepotisme keluarga cendana sesuai dengan
suasana reformasi, ABRI berfikir dan bertindak sesuai dengan tuntutan zaman
(Sanjoto, 1999: 38). Dan masih ada kebijakan-kebijakan lain yang pada dasarnya
didasari tujuan positif untuk rakyat. kemudian pemikiran B.J.Habibie mengenai
kebebasan adalah rakyat diberikan kebebasan dengan sebebas-bebasnya dengan
dipagari adanya aturan konstitusi yang tetap melindungi kebebasan yang
diberikan tersebut. Kebebasan ini ditandai dengan kebijakan kebebasan pers yang
dicanangkan, kebebasan berpendapat, beragumen didepan umum. Mengesahkan
perangkat internasional dibidang HAM, desimnasi informasi dan pendidikan
dibidang HAM, penentuan skala prioritas pelaksanaan HAM, pelaksanaan isi
perangkat internasional bidang HAM yang telah diratifikasi melalui perundang-undangan
nasional. Sedangkan pemikiran mengenai demokrasi adalah mengutamakan suara
rakyat daripada suara parlemen. Karena demokrasi yang sebenarnya adalah berada
sepenuhnya dari, oleh, dan untuk rakyat. sehingga B.J.Habibie mengusahakan
bahwa demokrasi berjalan dengan sebenar-benarnya.
Kemudian penulis menggunakan teori mengenai kebijakan yang dituturkan May
dan Widausky. Penulis dapat mengidentifikasi bahwa dalam pemutusan kebijakan
yang diambil presiden B.J.Habibie belum matang, sehingga banyak mengalami
kegagalan, atau tidak semua rakyat Indonesia menerima positif atas kebijakan
yang beliau ambil. B.J.Habibie pada saat awal reformasi sangat serba sulit.
Seluruh rakyat Indonesia mendesak dilakukan perbaikan ekonomi dan politik
secara cepat, sedangkan keadaan yang dihadapi tidak menjangkau untuk dilakukan
perbaikan dengan waktu singkat. Penyelewangan atau kerusakan sistem telah
mengakar, sehingga sangat sulit jika dilakukan dalam waktu sekejap. Atas
desakan itulah akhirnya B.J.Habibie tidak memiliki cara lain, selain melakukan
perubahan secara drastis dengan kebijakan yang ekstrem pula, sedangkan rakyat
pula belum siap menghadapi kebijakan yang diputuskan beliau. Seperti misalnya
dalam hal perbaikan dibidang ekonomi B.J.Habibie memutuskan untuk menaikan BBM,
biaya transpor, dan biaya barang-barang sembako. Demi meyakinkan IMF kepada
pemerintahan Indonesia, dan pada akhirnya diharapkan IMF membantu perekonomian
Indonesia yang anjlok pada waktu itu. Menurut Interpretasi penulis B.J.Habibie
mengalami dilema dalam hal kebijakan. Karena ada banyak kebijakan yang harus
ditetapkan, dengan jangka waktu yang bersamaan. Sehingga sangat sulit
memikirkan secara matang atas apa yang akan dilaksanakan untuk seluruh rakyat
Indonesia.
Interpretasi terhadap rakyat Indonesia pada awal reformasi di Indonesia.
Rakyat sudah jenuh dengan pemerintahan orde baru yang menekan fisik, psikis,
serta perekonomian rakyat. oleh sebab itu rakyat ingin cepat beranjak dari masa
itu, dan ingin cepat-cepat melakukan perbaikan secara revolusi. Kebijakan yang
dilakukan B.J.Habibie tidak semuanya siap dihadapi rakyat. seperti kenaikan
harga-harga sembako. Kebijakan itu malah membuat rakyat semakin sengsara dan
akhirnya menilai B.J.Habibie tidak memenuhi aspirasi rakyat. selain itu sejak
awal B.J.Habibie telah krisis kepercayaan akibat statusnya sebagai wakil
presiden adalah merupakan suatu aksi nepotisme yang dilakukan Soeharto pada era
orde baru. Kenyataan itu semakin membuat B.J.Habibie dalam keadaan yang gelap.
d)
Historiografi
Historiograsi
merupakan tahap terakhir yang dilakukan dalam metodologi sejarah. Setelah
dilakukan heuristik (pengumpulan data), tahap kritik (ekstern, intern), tahap
interpretasi. Historiografi menurut Gottschalk adalah usaha untuk
mensintesiskan data-data dan fakta sejarah menjadi suatu kisah yang jelas dalam
bentuk lisan maupun tulisan dalam buku atau artikel maupun perkuliahan sejarah
(Gottschalk dalam Syamsuddin, 1996:17).
Dalam penulisan sejarah penelitian ini akan dilakukan sesuai dengan
sistematika penulisan.
6.
DEFINI ISTILAH
1) Kebijakan
Menurut lasswell (1970) kebijakan adalah sebagai suatu
program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah
Menurut anderson (1979) kebijakan adalah serangkaian
tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang mesti diikuti dan dilakukan oleh
para pelakunya untuk memecahkan mmasalah
Menurut Eulau (1977) kebijakan adalah keputusan tetap, dicirikan
oleh tindakan yang tergabung dan berulang-ulang pada merekan yang membuat dan
melaksanakan kebijakan.
2) Demokrasi
Menurut H. Harris Soche (Yogyakarta: Hanindita, 1985)
demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintah
melekat pada diri rakyat atau diri orang banyak dan merupakan hak bagi rakyat
unru orang banyak untuk mengatur, mempertahankan dan melindungi dirinya dari
paksaan dan pemerkosaan orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah.
7.
KAJIAN TEORI
1.
Konsep Harold Laswell
Konsep Harold
Laswell tentang analisis atau ilmuan kebijakan meliputi sejumlah peran dan tipe
yaitu: dokter bagi personalitas politik, insinyur sosial, pengumpul
intelegensi, advokad kebijakkan, mahasiswa administrasi politik. Tiga karakter
terakhir itulah yang muncul sebagai “tipe” dominan analisis kebijakan (Parson,
2008:31). Kelebihan teori ini menganggap bahwa kebijakan dapat dianalisis oleh
beberapa tipe masyarakat. Sedangkan kekurangannya adalah tidak semua tipe
masyarakat dapat menganalisis dalam kebijakan, misalnya dalam pemerintahan
otoriter teori ini tidak dapat digunakan sebagai pedoman. Teori ini jika
dikaitkan dengan tercapainya reformasi karena adanya tuntutan dari mahasiswa
dan adanya MPR sebagai advokad kebijakan. Tercapainya reformasi yang
diidam-idamkan seluruh rakyat Indonesia.
2.
Teori Kontrol Sosial
Dari
perspektif pluralis, definisi problem dan penetapan agenda kebijakan pada
dasarnya adalah hasil dari kompetisi antarkelompok yang berbeda (Truman, 1951;
Dahl dan Lindblom, 1953, 1961; Person,2008:127). Teori ini dapat dikaitkan dengan
era reformasi bawasanya menuntut raformasi yang dicanangkan presiden Sioeharto
setelah atau pada tahun 2003, nyatanya agenda kebijakan itu dapat dipatahkan
oleh kelompok Intelengensi mahasiswa. Sesuai dengan yang ditulis oleh Parson
dalam bukunya “Publik policy pengantar teori dan praktik analisis kebijakan ”
menyatakan bahwa :
Kekuatan untuk
mempengaruhi pasang surutnya suatu isu atau keluar masunya pada agenda
kebijakan dianggap lebih tersebar ketimbang terkonsentrasi, dan meskipun versi
pluralisme awal mengakui bahwa kekuasaan dan pengaruh tidak didistribusikan
secara equal, pembuatan kebijakan dianggap sebagai sesuatu yang terbuka bagi
kebebasan berbicara dan debat politik (Person, 2008:128).
Sesuai dengan
yang ditulis Person diatas, isu-isu yang diterima oleh presiden Soeharto ketika
berada di Mesir, dan ketika kembali ke tanah air tuntutan kelompok mahasiswa
menjadi bumerang bagi kebijakan yang telah direncanakan sebelumnya. Serta ketika presiden B.J.Habibie
menetapkan sejumlah rencana untuk tetap mempertahankan status quo Indonesia dengan kebijakan-kebijak yang lain yang
ditawarkan, akhirnya runtuh dengan tuntutan pemilu 1999. Pernyataan Person
mempertegas bahwa kebebasan mengubah kebijakan itu terbuka oleh sisapapun,
meskip un berada pada otorita pemerintah yang tidak terbendung.
Ada beberapa
pandangan dari ilmuan mengenai teori Kontrol agenda ini, salah satunya yaitu
dari Cobb dan Elder dengan perluasan konflik, perluasan pada cara konflik
diperluas dan dikelola. Menurut Parson ada beberapa cara untuk menciptakan isu
yang akan mengakibatkan konflik, yaitu:
isu dibuat oleh
partai yang merasa melihat ketidak adilan atau bias (penyelewengan) dalam
kontribusi kekuasaan dan sumber daya, penciptaan isu demi kepentingan dan
keuntungan peronal atau kelompok tertentu. Isu tercipta akibat peristiwa yang
tak terduga, dan isu dibuat oleh “orang yang selalu ingin perbaikan” (Person,
2008:129).
Dari penuturan
Person diatas, reformasi lebih mengarah pada isu yang dibuat oleh “orang yang
selalu ingin perbaikan”, dalam kontek ini adalah mahasiswa. Mahasiswa melihat
krisis ekonomi yang berkepanjangan dengan penderitaan rakyat, krisis ekonomi
ini ada kaitannya dengan krisis politik di Indonesia kala itu, sehingga mereka
(mahasiswa) menuntut perbaikan dan perubahan dibidang eonomi dan politik,
dibidang ekonomi dapat diperbaiki dengan bantuan IMF yang telah disepakati,
sedangkan krisis politik hanya dapat diperbaiki dengan merubah sistem pemerintahan orde baru menjadi
pemerintahan reformasi.
3.
Teori mengenai Kebijakan menurut May dan Widausky
Dalam memutuskan kebijakan itu adalah berawal dari problem, problem tersebut
didefinisikan, di identifikasi respon atau solusi alternatif, dari tahap itu ke
evaluasi opsi, dari evaluasi opsi ke seleksi opsi kebijakan, kemudian di
implementasi setelah diseleksi opsi kebijakan tadi, dan yang terakhir adalah
evaluasi (Parson, 2008:80).
Kelebihan teori ini adalah menggunakan proses pemutusan kebijakan secara
matang dan dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan kekurangan teori ini adalah
dalam pemutusan kebijakan membutuhkan waktu yang relatif lama, dengan begitu
banyak respon, ataupun opsi evaluasi solusi alternatif, jika diimplementasikan
tidak semua kebijakan memiliki waktu yang panjang dalam penyelesaiannya, selain
itu dengan dibutuhnya waktu yang relatif lama, tidak bisa maksimal penggunaan
teori ini dalam masalah B.J.Habibie yang dikejar begitu banyak keputusan kebijakan
yang harus diselesaikan dalam kurun waktu yang relatif sempit. Dibawah ini akan
digambarkan proses pengambilan kebijakan menurut May dan Widausky:
![]() |
![]() |
||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||||
Dalam hubungan
proses kebijakan yang dijelaskan May dan Widausky, sepertinya belum dilakukan
secara maksimal karena dihadapkan pada keadaan yang tidak mendukung. Tidak
banyak waktu yang dimiliki B.J.Habibie untuk memperbaiki Indonesia jika
dilakukan proses yang lumayan rumit. Akibatnya banyak kebijakan yang tidak
matang dalam proses pemutusannya. Dan kembali menjadi bumerang pada masa
kepemimpinannya.
8.
SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan penelitian ini, pada BAB I atau
pendahuluan akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah atau fokus
penelitian, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian.
Selanjutnya
pada BAB II akan dituliskan mengenai kinerja B.J.Habibie dalam menanggapi
setumpuk masalah yang ditinggalkan oleh era orde baru. Dalam bab ini ada
beberapa yang akan diuraikan, seperti deskripsi keadaan awal reformasi yang
dihadapi B.J.Habibie dan gambaran masalah-masalah yang harus dikerjakan oleh
presiden baru tersebut.
BAB III akan
membahas proses pelaksanaan dari politik yang diterapkan oleh B.J.Habibie. di
BAB ini kiranya akan membahas pelaksanaan politik dibidang ekonomi dan dibidang
pemerintahan.
Hasil dari
politik-politik yang dijalankan B.J.Habibie tadi akan dibahas di bab
tersendiri, yaitu pada BAB IV. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil dari
politik-politik yang telah dijalankan baik dibidang pemerintahan maupun
dibidang ekonomi meliputi hasil yang bersifat positif maupun hasil yang
bersifat negatif. Pada BAB V adalah penutup yang berisi kesimpulan dari
penelitian dan saran-saran. Secara lebih detail dapat dituliskan sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
2.
Rumusan Masalah Atau Fokus Penelitian
3.
Tujuan Penelitian
4.
Manfaat Penelitian
BAB II KINERJA B.J.HABIBIE
DALAM MENANGGAPI SETUMPUK MASALAH YANG DITINGGALKAN PASKA ORDE BARU
1.
Gambaran Keadaan Indonesia Baik Dibidang Pemerintahan Maupun Dibidang
Ekonomi Pada Awal Era Reformasi
2.
Deskripsi Masalah Yang Dihadapi B.J.Habibie Baik Dibidang Pemerintahan
Maupun Dibidang Ekonomi Pada Awal Era Reformasi
BAB III PROSES PELAKSANAAN DARI
POLITIK YANG DITERAPKAN OLEH B.J.HABIBIE
1.
Pelaksanaan Politik Dibidang Pemerintahan
2.
Pelaksanaan Politik Dibidang Ekonomi
BAB IV HASIL DARI
POLITIK-POLITIK YANG DIJALANKAN B.J.HABIBIE
1.
Hasil Positif Dan Negatif Politik B.J.Habibie Dibidang Pemerintahan
2.
Hasil Positif Dan Negatif Politik B.J.Habibie Dibidang Ekonomi
BAB
V PENUTUP
1.
Simpulan Penelitian
2.
Saran
DAFTAR RUJUKAN
Ehrenhalt, A.
2006. Demokrasi Dalam Cermin Politik Akar
Rumput Dan Reformasi Amerika Serikat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Gottschalk,
L. 1986. Mengerti Sejara. Jakarta: UI Press Universitas Indonesia
Heynes, J.
2000. Demokrasi Dan Masyarakat Sipil Di
Dunia Ketiga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Hikam, M.
1996. Demokrasi Dan Civil Society.
Jakarta: Pustaka LP3ES
Imron, Ali.
2002. Kebijakan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara
Kantaprawira,
R. 2006. Sistem Politik Indonesia. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset
Margono. 2012.
Pendidikan Pancasila Topik Aktual
Kenegaraan Dan Kebangsaan. Malang: UM Press
Person,W.
1995. Public Policy Pengantar Teori Dan
Praktis Analisis Kebijakan. Jakarta: Kencana Prenada Media Groub
Rahman,
F.2007. Demokrasi Tanpa Kaum Demokrat.
Depok: Koekoesan
Sanjoto. 1999.
Reformasi Dalam Perspektif Sanjoto.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Sindunata.
2000. Sakitnya Melahirkan Demokrasi.
Yogyakarta: Kanisius
Sjamsuddin,
Ismaun. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta:Depdikbud
Sjamsudin,
Helius.1996.Metodologi Sejarah.Jakarta:Depdikbud.
Suratman.
2002. Unjuk Negaraku Sebuah Potret
Perjuangan Di Timor Timur. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Suseno, F,M.
1995. Mencari Sosok Demokrasi Sebuah
Telaah Filosofis. Jakarta: Sun Printing
T.
Wardaya, Baskara. 2007. Menguak Misteri Kekuasaan Soeharto. Jakarta: Galang
Press
9.
LAMPIRAN
1.
Kritik dan saran dari teman satu angkatan
a.
Nama: Fahad Akbar
Angkatan: 2013
No. HP: 087850990066
Masukan:
peneliti memiliki penelitian ini sudah bagus dan menarik. Mungkin hanya ada
beberapa penambahan dalam sistematika penulisannya mengenai bagaimana usaha
Bapak B. J. Habibie dalam usahanya mendapatkan kepercayaan kembali terhadap
masyarakat Indonesia. agar penelitian ini lebih menarik lagi. Di usahakan data
lisannya mencari informan yang langsung terjun ketika terjadi demonstrasi
besar-besaran pada tahun 1998. Kalau bisa mencari lebih dari tiga orang bisa
dapat informasi yang great. Thank you
.....
Tindak
Lanjut: Diharapkan proposal ini tidak berhenti disini, alangkah baiknya di
lanjutkan untuk acara seminar kalau bisa lolos nantinya di dosen pembimbing
bisa dibuat Skripsi.
b.
Anita Sari
Masukan : kalau mengacu pada RPS, masksimal 10 halaman,
dan itu mungkin bisa dibenahi lagi. Untuk penulisan daftar rujukan, untuk
daftar rujukan juga bisa diperbaiki, untuk penulisan judul dicetak miring
c.
Herlin Dwi Rahcmania
Kritik: 1. Penulisan kuripan yang lebih dari 40 kata
sebaiknya ditulis 1,2 cm dari garis tepi sebelah kanan dan kiri, dan rata kanan
kiri. 2. Penulisan daftar rujukan jika lebih dari satu baris, yang barik kedua
menjorok kekanan 1,2 cm. 3. Menurut mas daya diproposalnya tidak perlu ada
bullet and numbering
Kritik dan
saran dari Kakak Tingkat
a.
July Suria
Kritik: jarak antar
setiap enter tidak sama, sehingga membuat penulisan tidak begitu baik untuk
dibaca.
Saran :
kesalahan-kesalahan dapat diperbaiki dalam pembuatan proposal selanjutnya yang
akan dibuat kedepannya.
b.
Yuni Husna
Kritik : latar
belakang yang dituliskan tidak fokus, terkesan mengarah menuju isi. Dan jika
judul berbunyi politik, didalam latar belakang selalu ditulis kebijakan,
nampaknya kurang sinkron.
Saran : sebaiknya
melihat contoh-contoh proposal penelitian di skripsi agar bisa mempelajarinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar