PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN KOTA TUBAN
MASA
ISLAMISASI
Makalah
Untuk
memenuhi tugas matakuliah
Sejarah
Indonesia Madya
Yang
dibina oleh Bapak Deny Yudo Wahyudi, S. Pd., M.Hum
Oleh
Dwi Lidiawati
(130731615709)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Maret 2014
UCAPAN
TERIMAKASIH
Puja dan puji syukur kehadirat Allah
swt, yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pertumbuhan Dan Perkembangan Kota Tuban
Masa Islam” ini. Dalam makalah ini, penulis mencoba mengerjakan dengan
semaksimal mungkin.
Ucapan
terima kasih selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Deny
selaku dosen yang telah membimbing matakuliah Sejarah Indonesia Madya. Kemudian
kepada semua pihak yang membimbing dan memberikanan pengarahan selama penulisan
makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dalam makalah ini, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Malang,
01 Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
UCAPAN
TERIMAKASIH....................................................................................... i
DAFTAR
ISI............................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang............................................................................................. 1
1.2
Rumsan
Masalah.......................................................................................... 2
1.3
Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Proses Awal Tumbuh Kembangnya Pelabuhan Kota
Tuban........................ 3
2.2 Pertumbuhan Dan Perkembangan Kota Tuban............................................. 3
2.3 Proses Islamisasi Kota Tuban........................................................................ 6
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan....................................................................................................... 8
3.2 Saran............................................................................................................. 8
DAFTAR RUJUKAN................................................................................................. 9
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar
Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki laut yang luas, lebih luas
lautan dari pada daratan. Menggunakan jalur pelayaran sebagai pusat hubungan
dengan luar dan dengan cara perdagangan. Mengingat letak Indonesia yang
stategis berada diantara dua benua dan dua samudra. Laut menyatukan Indonesia
dengan negara-negara lain. Selat malaka adalah yang menyatukan daerah pantai
bagian timur dan pantai barat semenanjung, kemudian selat sunda yang
menghubungkan daerah lampung di bagian selatan sumatra dan daerah sunda di
bagian barat jawa. Dan masih banyak lagi fungsi laut sebagai perhubungan
(Hamid, 2013:4). Indonesia dibentuk dengan tiga laut inti yaitu laut jawa, laut
flores dan laut banda dan ketiganya sangat berperan dalam senarah Indonesia
(dalam Hamid, Lapian, 1992:6).
Laut jawa
sangat dominan mulai masa kerajaan Majapahit sampai datangnya pengaruh islam di
nusantara, namun yang lebih mendukung adalah karena adanya Portugis yang
menguasai selat Malaka. Sehingga menempatkan laut jawa sebagai laut inti.
Kebesaran laut jawa ini mempengaruhi kebesaran pertumbuhan dan perkembangan
kota Tuban kala itu. Karena pelabuhan-pelabuhan yang ada di jawa timur menjadi
terkenal sebagai pelabuhan tempat bersinggah. Karena Tuban beerada di pesisir
utara jawa, sehingga Tuban juga berperan
sebagai pelabuhan dalam pelayaran dan perdagangan. Pelabuhan menjadi sangat
penting kala itu, karena tidak hanya sebagai tempat berlabuh tapi juga sebagai
tempat untuk bandar.
Maka dari itu,
penulis menulis makalah tentang “pertumbuhan dan perkembangan kota tuban masa
islamisasi” karena kota Tuban menjadi kota memiliki pengaruh cukup penting
dalam sejarah perkembangan Indonesia. Kota Tuban mulai mengepakan sayapnya saat
kekuasaan kerajaan Majapahit hingga awal masuknya Islam di Nusantara. Walaupun
sejak kemunduran kerajaan Mataram, Tubanpun seakan hilang meninggalkan sejarah.
Dan mulai mengalami kemunduran-kemunduran secara cepat.
1.2 Rumusan Masalah
1. bagaimana proses awal tumbuh kembangnya pelabuhan kota Tuban?
2. bagaimana Kota Tuban bisa menjadi sebuah kota yang berkembang?
3. Bagaimana proses islamisasi di kota Tuban?
1.3 Tujuan
1. mengetahui proses awal tumbuh kembangnya pelabuhan kota Tuban
2. mengetahui perkembangan kota Tuban
3. megetahui proses islamisasi kota Tuban
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Proses Awal Tumbuh Kembangnya Pelabuhan Kota Tuban
Laut jawa selalu berperan dalam lalu lintas
pelayaran dan perdagangan yang menghubungkan antara malaka dan maluku. Pada
abad ke-16 berdirilah kota-kota Islam, kota yang pertama adalah Demak. Kemudian
disusul oleh kota Tuban, Gresik, jepara dan cirebon. Indonesia menghubungkan
perdagangan dan pelayaran benua bagian timur dan benua bagian barat. Pada abad
ke-15 yang menjadi pelabuhan adalah selat malaka. Pada 1511 Malaka jatuh ke
tangan portugis, sehingga pedagang-pedagang islam tidak mau melalui selat Malaka. Sehingga laut jawa menjadi jalur lalu lintas.
Peristiwa tersebut menguntungkan bagi jawa termasuk kota Tuban. Karena laut
jawa menjadi jalur lalu lintas perdagangan yang ramai di singgahi para pedagang
dan pelayar yang hendak berdagang antara benua barat dan benua timur. Tuban adalah salah satu wilayah pesisir utara
laut jawa yang menjadi jalur lalu lintas penting kala itu. Karena pelayaran dan perdagangan dari maluku
ke malaka atau sebaliknya melewati pelabuhan jawa timur. Sehingga mendorong Tuban
menjadi pelabuhan yang besar.
Kota Tuban
menjadi pelabuhan yang ramai di singgahi oleh pedagang-pedagang yang singgah
sekedar untuk istirahat atau membeli bekal untuk melanjutkan perjalanan menuju
malaka atau menuju maluku. Bandar dan kota pelabuhan Tuban menjadi pangkalan
bagi pelaut untuk membeli bekal. Menurut Barros, di Malaka pada tahun 1515 ada
dua perkampungan yang bernama Upih dan Ilir. Keduanya dibawah kekuasaan
administrasi orang Jawa yang bernama Utimutiraja dan disanalah berdiam
pedagang-pedagang dari Tuban, Jepara, Sunda, dan Palembang. Tuban menjadi
kelompok timur dalam pembagian Pigeaud yang memiliki perbedaan kepentingan
dalam ekonomi, tujuan politik dan orientasi budaya. Kapal-kapal Tuban
menyelusuri seluruh nusantara, hingga sampai ke Philipina.
2.2 Pertumbuhan
Dan Perkembangan Kota Tuban
Kota Tuban
tumbuh seiring dengan jalur-jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan. Karena
pada masa islam daerah pesisir lah yang mendapat pengaruh atau pengenalan
terlebih
dahulu jika dibandingkan dengan daerah-daerah yang berada di
pedalaman. Tuban bisa di sebut sebagai kota yang stategis. Kota- kota pusat
kerajaan Indonesia Hindu di Jawa seperti Majapahit dengan kota-kota pelabuhan Gresik,
Tuban, Jaratan, pajajaran mengalami perkembangan yang mencapai puncak
kebesarannya dibidang politik, ekonomi dan kultural. Pertumbuhan dan
perkembangan kota-kota dipengaruhi beberapa faktor. Yaitu erat hubungannya
dengan faktor geografis. Sudah disinggung diatas bahwa Tuban merupakan wilayah
pesisir utara jawa yang masuk dalam jalur lalu lintas perdagangan antara malaka
ke maluku atau sebaliknya sejak malaka jatuh ke tangan Portugis. Pelabuhan-pelabuhan
di jawa termasuk Tuban menjadi terkenal untuk jalur perdagangan dan pelayaran.
Laut jawa sangat berguna bagi perdagangan, sehingga mohammad Yamin menjuluki
laut jawa sebagai laut nusantara.
Faktor politik
juga mempengaruhi perkembangan kota Tuban yaitu lambat laun bupati yang berada
di bawah kekuasaan Majapahit mulai melepaskan diri dan melakukan hubungan
dengan pedagang muslim. Apalagi sejak Majapahit runtuh secara perlahan
daerah-daerah kekuasaan Majapahit seperti Madura, Tuban, Gresik, Surabaya,
Jepara, Pajang, Kadiri, dan Demak melapaskan kekuasaan Majapahit. Datangnya
agama islam juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kerajaan
Majapahit runtuh. Dan juga karena besarnya kerajaan Demak di pesisir laut jawa.
Kerajaan Demak dibantu oleh Tuban dan dibantu oleh daerah-daerah lain yang
telah memeluk agama Islam. Tuban pada saat itu berada dalam dua sisi yaitu jika
majapahit yang berkuasa maka Tuban memihak pada Majapahit, dan jika Demak yang
lebih berkuasa, maka Tuban memihak Demak. Jadi pada saat itu Tuban bersifat
Loyal. Faktor ekonomi yang mendorong Tuban mengalami perkembangan adalah Tuban
mempunyai pedagang-pedagang yang menjual beberapa komoditi ekspor seperti beras
dan buah-buahan.
Faktor magis
juga mungkin memiliki peran sebagai faktor pendorong perkembangan di kota
Tuban. Adanya tokoh agama yang wira-wiri ke kota Tuban untuk menyebarkan agama
dan berlanjut sampai sunan yang khusus menyebarkan agama di Tuban yaitu Sunan
Bonang. Tak terkecuali faktor kosmologis pada denah kota Tuban dan tak jauh
berbeda dengan tata kota-kota lainnya yaitu adanya alun-alun ditengah kota,
sebelah barat alun-alun ada masjid dan dikelilingi jalan-jalan yang lurus
berpotongan membentuk bujur sangkar. Dalam hubungan penghormatan wali susunan
halaman makam sampai kebagian yang disebut “dalem”. Pada kota Tuban tidak
ditemukan keraton, karena peninggalan keraton-keraton dikota-kota pesisir utara
laut Jawa ini hampir hilang sama sekali (Daliman, 2012:133). Dan bagian
terpenting kota Tuban pada saat itu yakni pelabuhan. Menurut berita Portugis
kota Tuban memiliki tembok keliling dari batu bata. Tembok pagar kota tersebut
menjadi benteng gerbang kota Tuban sehingga dapat diduga tembok tersebut
sebagai pertahanan. Dan dapat dijadikan untuk memungut pajak dari pedagang yang
ingin melewati atau memasuki kota Tuban.
Pelabuhan di
pantai utara laut jawa lebih penting bagi masa islam termasuk pelabuhan Tuban
jika dibandingkan dengan pelabuhan yang ada di jawa barat, karena topografinya
yang relatif tertutup yakni terdiri dari pegunungan (Suyono,2004:25), sehingga
kota Tuban lebih cepat berkembang dibanding dengan daerah pelabuhan jawa barat
antara lain pelabuhan jakarta dan pelabuhan Banten. Masa besarnya kota Tuban
diceritakan dibeberapa sumber bahwa pada masa islam itu terdapat berbagai
kerajaan kecil yang tersebar dipesisir pantai yang diperintah oleh Moro. Moro
adalah sebutan yang diberikan oleh orang Portugis terhadap orang Islam
(Prijohutomo. 1952:72). Kerajaan di Tuban yang dipimpin oleh Moro tersebut
berada dibawah kekuasaan kerajaan Demak.
Tuban menurut
Begin ende Voortgangh (dalam De Graaf, Begin III bag 3 hal 9) adalah sebuah
kota yang bagus. Menurut De Graaf Tuban memiliki ciri khas feodal yang kuat.
Pada masa itu kota Tuban mencapai puncak kejayaannya dapat dijelaskan bahwa
kota Tuban memiliki Raja yang sangat kuat. Dan oleh masyarakat sekitar disebut
sebagai raja terkuat dipulau jawa dengan ciri-ciri sangat gemuk dan tingginya
sedang. Raja ini jika perlu dalam waktu 24 jam saja bisa mengumpulkan beberapa
ribu orang untuk berperang. De Graaf sangat jelas dalam mendeskripsikan raja
Tuban ini. Raja Tuban bersikap baik terhadap Belanda. Beliau menjemput
orang-orang Belanda di pesisir pantai kemudian mengajaknya masuk ke istana.
Istana tersebut sangat besar, terdapat banyak ruangan didalam istana tersebut,
tembok istana terbuat dari batu bata merah (masih seperti bangunan Majapahit),
pintu-pintunya tampak sempit dan pendek. Di depan pintunya terdapat gajah yang
berdiri didepan serambi. Jumlah gajahnya ada 13 ekor dan diantara 13 ekor
terdapat satu ekor gajah yang sangat besar dan galak (de Graaf, 1985:122).
Jika dikaitkan
dengan bentuk bangunan yang ada di Banten adalah mirip dengan bentuk bangunan
yang ada di Tuban pada saat itu. Bangunan itu adalah mewarisi gaya bangunan
kerajaan Majapahit atau model Bali. Karena model seperti itu masih dipakai di
daerah Bali sampai saat ini. Tuban menjadi pewaris kerajaan Majapahit yang
berada di pesisir utara laut Jawa. Diceritakan pula bahwa golongan dalam
masyarakat Tuban terdiri dari setangah bangsawan dan setengah pedagang.
Bangsawan Tuban gemar sekali akan kuda. Dan perdagangan juga dilakukan oleh
para bangsawan. Jika meraka meninggalkan rumah, mereka selalu diikuti oleh
pengiring yang terdiri atas 10 sampai 12 orang abdi yang membawa peralatan
sirih.
Tuban memiliki
peranan penting bagi masa keemasan islam di Jawa. Keadaan ini tampak pula pada
masa kerajaan Pajang. Khusunya pada saat pemerintahan raja Pajang Adiwijaya.
Cerminan diri Tumenggung Tuban tertanam kuat di istana Pajang.
Pada tahun 1527
karena masalah sikap penduduk Tuban yang netral dan masih loyal terhadap
majapahit yang dianggap “kafir”, maka Demak melakukan penyerangan terhadap
Tuban. Penyerangan tersebut dianggap aneh karena Tuban telah masuk dan memeluk
agama Islam, dan membantu Demak menundukan kerajaan Majapahit. Dalam
penyerangan ini Tuban masih bisa bertahan karena terdapat penyerangan lagi
setelah itu yakni penyerangan dari kerajaan Mataram yang terjadi pada tahun
1598 sampai 1599. Di ceritakan di dalam Babad
Sangkala. Serangan tersebut juga gagal karena pada saat itu Tuban masih
menjadi kota yang berkembang dan kuat. Memiliki raja yang sangat kuat menurut
masyarakat setempat.
2.3
Proses Islamisasi Kota Tuban
Kehadiran dan proses islamisasi di jawa
dapat dibuktikan didalam beberapa data arkeologis dan beberapa sumber yakni
babad, hikayat, legenda, seta berita asing. Proses
islamisasi dipulau Jawa akibat adanya hubungan perdagangan yang telah dilakukan
sejak Malaka jatuh ketangan Portugis. Perdagangan bukan hanya terjadi diantara
wilayah nusantara saja, namun juga terjalin sampai antar negara internasional
termasuk hubungan dagang Persia dan India yang telah mendapat pengaruh islam
dari Arab. Para pedagang ini mulai mengenalkan dan menyebarkan agam islam
seraya berdagang di pulau Jawa. Jawa mulai masuk islam dapat diketahui dengan
adanya makam Malik Ibrahim. Beliau adalah pedagang kaya dari Persia yang
meninggal tahun 1419 (Suyono, 2004:22).
Perkembangan
islam dipulau Jawa juga mendorong penyebaran sampai di daerah Tuban. Tuban
telah menjadi pelabuhan sejak diduduki oleh kerajaan Hindu-Budda, namun
eksistensinya mulai ditunjukkan sejak kerajaan Majapahit sampai dengan masa
islam di pulau Jawa. Islamisasi di Tuban seperti islamisasi di daerah-daerah
lainnya. Perkembangan agama islam dalam daerah itu berbeda yakni daerah pesisir
lebih cepat berkembang karena lebih bersifat pluralitas karena sering berbaur
dengan budaya lain, sedang daerah pedalaman lebih lama untuk menerima budaya
baru yang masuk karena wilayah yang sulit dijangkau dan masyarakat yang masih
tradisional. Alasan lain Perkembangan
agama islam di kota Tuban berbeda antara
yang pesisir dengan pedalaman adalah Karena kota pesisir bersifat maritim
mengutamakan pelayaran. Sedang pedalaman bersifat kontingental dan ekonomi
agraris (Daliman, 2012:69).
Seperti halnya islamisasi di daerah-daerah
lain, islam masuk dan berkembang secara pesat di wilayah pesisir pantai abad ke
16 yang disebarkan oleh para wali, yang biasanya disebut dengan wali songo. Wali
yang khusus mengenalkan dan menyebarkan agama islam di Tuban adalah Sunan
Bonang. Sebutan sunan berarti seseorang yang dimuliakan atau dijunjung tinggi,
sedangkan Bonang adalah sebutan karena sunan tersebut sangat pandai memainkan
alat musik Bonang. Seperti cara-cara wali-wali lainnya. Sunan Bonang juga
menyebarkan agama islam secara perlahan dengan menyesuaikan dengan kebudayaan
masyarakat sekitar. Salah satunya dengan alat musik Bonang, sehingga masyarakat
setempat merasa islam itu agama yang indah. Berbeda dengan daerah pesisir,
daerah-daerah pedalaman baru berkembang pada akhir abad ke-16 dan pertengahan
abad ke-17.
Proses
islamisasi kota Tuban adalah secara sukarela. Islam sangat mudah masuk karena
bebrapa faktor. Islam dipandang sebagai agama yang penuh kesucian. Tidak
memandang manusia itu berbeda derajatnya kecuali ketakwaan seseorang. Sehingga
jika dibanding dengan agama hindu yang telah dianut oleh orang Tuban. Agama
islam dirasa lebih cocok bagi mereka, apalagi bagi orang yang berada dikelas
menengah ke bawah. Para bangsawan yang masih “kafir” dengan sukarela masuk dan
memeluk agama islam, setelah masuk islam para bangsawan itu menjadi memiliki
derajat yang “lebih tinggi”, sehingga jika penguasa daerah telah memeluk agama
islam secara perlahan disusul oleh sebagian rakyatnya. Islam juga masuk dengan
adanya pernikahan. Jika ada seorang suami yang menikahi dari wanita pribumi,
maka secara tidak langsung sang istri dari orang Tuban itu akan mengikuti agama
suaminya yang beragama Islam. Disamping mengalami islamisasi secara sukarela
dan melalui pernikahan, namun Tuban masih setia dengan majapahit sebelum
majapahit benar-benar runtuh. Karena Tuban bersifat netral antara majapahit
dengan Demak, dan tetap berkeduduka
n sebagai vasal
Majapahit.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
uraian pembahasan di atas maka dapat di simpulkan, antara lain:
1.
Pelabuhan
kota Tuban menjadi besar karena laut Jawa menjadi jalur pelayaran dan
perdagangan yang penting bagi benua timur dan benua barat, apalagi setelah
Malaka jatuh di tangan Portugis, sehingga membuat kota Tuban menjadi pelabuhan
yang besar kala itu.
2.
Perkembangan
kota Tuban mengikuti perkembangan pesisir utara laut Jawa, yang mempengaruhi
perkembangan kota Tuban. Penduduk pesisir lebih mudah berkembang dari pada
penduduk pedalaman. Perkembangan kota ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan
agama islam dipulau Jawa. Karena masa islam jalur pelayaran khusunya pesisir
pantai utara sebagai pusat perjalanan kehidupan.
3.
Proses
islamisasi di kota Tuban, dilakukan secara sukarela oleh raja, dan di ikuti secara
perlahan oleh rakyatnya. Dan proses islamisasi juga dilakukan dengan cara pernikahan.
Islam masuk di Tuban kemudian di terima secara langsung dengan beberapa proses.
Apalagi setelah adanya Sunan Bonang yakni anggota Wali Songo dan beberapa tokoh
agama lainnya yang khusus dan aktiv menyebarkan agama islam di Tuban.
3.2
Saran
Penulis memahami
bahwa penulisan makalah ini belum sempurna dan
memiliki banyak sekali kekurangan, sehingga penulis mengharapkan saran
yang membangun agar makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR RUJUKAN
Basundoro, Purnawan, 2012, Pengantar Sejarah Kota. Yogyakarta:
Ombak Dua
Daliman, A, 2012, Islamisasi dan perkembangan kerajaan-kerajaan
islam di Indonesia. Yogyakarta: Ombak Dua
De Graaf. 1985. Awal
Kebangkitan Mataram Massa Pemerintahan Senapati. Jakarta: PT Temprint
Hamid, A,R, 2013, Sejarah Maritim, Yogyakarta: Ombak Dua
Poesponegoro, Djoened, 2008, Sejarah Nasional Indonesia 3.Jakarta:
Balai Pustaka
Prijohutomo, 1952. Sedjarah.
Djakarta: W. Versluys
Suyono. R. P. 2004. Peperangan
Kerajaan Di Nusantara. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar