Selasa, 06 Oktober 2015

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KOTA TUBAN MASA ISLAMISASI



PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KOTA TUBAN
MASA ISLAMISASI


Makalah
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Sejarah Indonesia Madya
Yang dibina oleh Bapak Deny Yudo Wahyudi, S. Pd., M.Hum





Oleh
Dwi Lidiawati
(130731615709)
                       




 










UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
Maret 2014


UCAPAN TERIMAKASIH
            Puja dan puji syukur kehadirat Allah swt, yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pertumbuhan Dan Perkembangan Kota Tuban Masa Islam” ini. Dalam makalah ini, penulis mencoba mengerjakan dengan semaksimal mungkin.
Ucapan terima kasih selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Deny selaku dosen yang telah membimbing matakuliah Sejarah Indonesia Madya. Kemudian kepada semua pihak yang membimbing dan memberikanan pengarahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam makalah ini, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                         Malang, 01 Maret 2014
                                                                                            Penulis












DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMAKASIH....................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2  Rumsan Masalah.......................................................................................... 2
1.3  Tujuan.......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Proses Awal Tumbuh Kembangnya Pelabuhan Kota Tuban........................ 3
2.2 Pertumbuhan Dan Perkembangan Kota Tuban............................................. 3
2.3 Proses Islamisasi Kota Tuban........................................................................ 6

BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan....................................................................................................... 8
3.2 Saran............................................................................................................. 8

DAFTAR RUJUKAN................................................................................................. 9














BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang
            Indonesia adalah negara yang memiliki laut yang luas, lebih luas lautan dari pada daratan. Menggunakan jalur pelayaran sebagai pusat hubungan dengan luar dan dengan cara perdagangan. Mengingat letak Indonesia yang stategis berada diantara dua benua dan dua samudra. Laut menyatukan Indonesia dengan negara-negara lain. Selat malaka adalah yang menyatukan daerah pantai bagian timur dan pantai barat semenanjung, kemudian selat sunda yang menghubungkan daerah lampung di bagian selatan sumatra dan daerah sunda di bagian barat jawa. Dan masih banyak lagi fungsi laut sebagai perhubungan (Hamid, 2013:4). Indonesia dibentuk dengan tiga laut inti yaitu laut jawa, laut flores dan laut banda dan ketiganya sangat berperan dalam senarah Indonesia (dalam Hamid, Lapian, 1992:6).
Laut jawa sangat dominan mulai masa kerajaan Majapahit sampai datangnya pengaruh islam di nusantara, namun yang lebih mendukung adalah karena adanya Portugis yang menguasai selat Malaka. Sehingga menempatkan laut jawa sebagai laut inti. Kebesaran laut jawa ini mempengaruhi kebesaran pertumbuhan dan perkembangan kota Tuban kala itu. Karena pelabuhan-pelabuhan yang ada di jawa timur menjadi terkenal sebagai pelabuhan tempat bersinggah. Karena Tuban beerada di pesisir utara jawa, sehingga Tuban  juga berperan sebagai pelabuhan dalam pelayaran dan perdagangan. Pelabuhan menjadi sangat penting kala itu, karena tidak hanya sebagai tempat berlabuh tapi juga sebagai tempat untuk bandar.
            Maka dari itu, penulis menulis makalah tentang “pertumbuhan dan perkembangan kota tuban masa islamisasi” karena kota Tuban menjadi kota memiliki pengaruh cukup penting dalam sejarah perkembangan Indonesia. Kota Tuban mulai mengepakan sayapnya saat kekuasaan kerajaan Majapahit hingga awal masuknya Islam di Nusantara. Walaupun sejak kemunduran kerajaan Mataram, Tubanpun seakan hilang meninggalkan sejarah. Dan mulai mengalami kemunduran-kemunduran secara cepat.


1.2 Rumusan Masalah
1. bagaimana proses awal tumbuh kembangnya pelabuhan kota Tuban?
2. bagaimana Kota Tuban bisa menjadi sebuah kota yang berkembang?
3. Bagaimana proses islamisasi di kota Tuban?

1.3 Tujuan
1. mengetahui proses awal tumbuh kembangnya pelabuhan kota Tuban
2. mengetahui perkembangan kota Tuban
3. megetahui proses islamisasi kota Tuban





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Awal Tumbuh Kembangnya Pelabuhan Kota Tuban
Laut  jawa selalu berperan dalam lalu lintas pelayaran dan perdagangan yang menghubungkan antara malaka dan maluku. Pada abad ke-16 berdirilah kota-kota Islam, kota yang pertama adalah Demak. Kemudian disusul oleh kota Tuban, Gresik, jepara dan cirebon. Indonesia menghubungkan perdagangan dan pelayaran benua bagian timur dan benua bagian barat. Pada abad ke-15 yang menjadi pelabuhan adalah selat malaka. Pada 1511 Malaka jatuh ke tangan portugis, sehingga pedagang-pedagang islam tidak mau melalui selat Malaka.  Sehingga laut jawa menjadi jalur lalu lintas. Peristiwa tersebut menguntungkan bagi jawa termasuk kota Tuban. Karena laut jawa menjadi jalur lalu lintas perdagangan yang ramai di singgahi para pedagang dan pelayar yang hendak berdagang antara benua barat dan benua timur.  Tuban adalah salah satu wilayah pesisir utara laut jawa yang menjadi jalur lalu lintas penting kala itu.  Karena pelayaran dan perdagangan dari maluku ke malaka atau sebaliknya melewati pelabuhan jawa timur. Sehingga mendorong Tuban menjadi pelabuhan yang besar.
Kota Tuban menjadi pelabuhan yang ramai di singgahi oleh pedagang-pedagang yang singgah sekedar untuk istirahat atau membeli bekal untuk melanjutkan perjalanan menuju malaka atau menuju maluku. Bandar dan kota pelabuhan Tuban menjadi pangkalan bagi pelaut untuk membeli bekal. Menurut Barros, di Malaka pada tahun 1515 ada dua perkampungan yang bernama Upih dan Ilir. Keduanya dibawah kekuasaan administrasi orang Jawa yang bernama Utimutiraja dan disanalah berdiam pedagang-pedagang dari Tuban, Jepara, Sunda, dan Palembang. Tuban menjadi kelompok timur dalam pembagian Pigeaud yang memiliki perbedaan kepentingan dalam ekonomi, tujuan politik dan orientasi budaya. Kapal-kapal Tuban menyelusuri seluruh nusantara, hingga sampai ke Philipina.

2.2 Pertumbuhan Dan Perkembangan Kota Tuban
Kota Tuban tumbuh seiring dengan jalur-jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan. Karena pada masa islam daerah pesisir lah yang mendapat pengaruh atau pengenalan terlebih

dahulu jika dibandingkan dengan daerah-daerah yang berada di pedalaman. Tuban bisa di sebut sebagai kota yang stategis. Kota- kota pusat kerajaan Indonesia Hindu di Jawa seperti  Majapahit dengan kota-kota pelabuhan Gresik, Tuban, Jaratan, pajajaran mengalami perkembangan yang mencapai puncak kebesarannya dibidang politik, ekonomi dan kultural. Pertumbuhan dan perkembangan kota-kota dipengaruhi beberapa faktor. Yaitu erat hubungannya dengan faktor geografis. Sudah disinggung diatas bahwa Tuban merupakan wilayah pesisir utara jawa yang masuk dalam jalur lalu lintas perdagangan antara malaka ke maluku atau sebaliknya sejak malaka jatuh ke tangan Portugis. Pelabuhan-pelabuhan di jawa termasuk Tuban menjadi terkenal untuk jalur perdagangan dan pelayaran. Laut jawa sangat berguna bagi perdagangan, sehingga mohammad Yamin menjuluki laut jawa sebagai laut nusantara. 
Faktor politik juga mempengaruhi perkembangan kota Tuban yaitu lambat laun bupati yang berada di bawah kekuasaan Majapahit mulai melepaskan diri dan melakukan hubungan dengan pedagang muslim. Apalagi sejak Majapahit runtuh secara perlahan daerah-daerah kekuasaan Majapahit seperti Madura, Tuban, Gresik, Surabaya, Jepara, Pajang, Kadiri, dan Demak melapaskan kekuasaan Majapahit. Datangnya agama islam juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kerajaan Majapahit runtuh. Dan juga karena besarnya kerajaan Demak di pesisir laut jawa. Kerajaan Demak dibantu oleh Tuban dan dibantu oleh daerah-daerah lain yang telah memeluk agama Islam. Tuban pada saat itu berada dalam dua sisi yaitu jika majapahit yang berkuasa maka Tuban memihak pada Majapahit, dan jika Demak yang lebih berkuasa, maka Tuban memihak Demak. Jadi pada saat itu Tuban bersifat Loyal. Faktor ekonomi yang mendorong Tuban mengalami perkembangan adalah Tuban mempunyai pedagang-pedagang yang menjual beberapa komoditi ekspor seperti beras dan buah-buahan.
Faktor magis juga mungkin memiliki peran sebagai faktor pendorong perkembangan di kota Tuban. Adanya tokoh agama yang wira-wiri ke kota Tuban untuk menyebarkan agama dan berlanjut sampai sunan yang khusus menyebarkan agama di Tuban yaitu Sunan Bonang. Tak terkecuali faktor kosmologis pada denah kota Tuban dan tak jauh berbeda dengan tata kota-kota lainnya yaitu adanya alun-alun ditengah kota, sebelah barat alun-alun ada masjid dan dikelilingi jalan-jalan yang lurus berpotongan membentuk bujur sangkar. Dalam hubungan penghormatan wali susunan halaman makam sampai kebagian yang disebut “dalem”. Pada kota Tuban tidak ditemukan keraton, karena peninggalan keraton-keraton dikota-kota pesisir utara laut Jawa ini hampir hilang sama sekali (Daliman, 2012:133). Dan bagian terpenting kota Tuban pada saat itu yakni pelabuhan. Menurut berita Portugis kota Tuban memiliki tembok keliling dari batu bata. Tembok pagar kota tersebut menjadi benteng gerbang kota Tuban sehingga dapat diduga tembok tersebut sebagai pertahanan. Dan dapat dijadikan untuk memungut pajak dari pedagang yang ingin melewati atau memasuki kota Tuban.
            Pelabuhan di pantai utara laut jawa lebih penting bagi masa islam termasuk pelabuhan Tuban jika dibandingkan dengan pelabuhan yang ada di jawa barat, karena topografinya yang relatif tertutup yakni terdiri dari pegunungan (Suyono,2004:25), sehingga kota Tuban lebih cepat berkembang dibanding dengan daerah pelabuhan jawa barat antara lain pelabuhan jakarta dan pelabuhan Banten. Masa besarnya kota Tuban diceritakan dibeberapa sumber bahwa pada masa islam itu terdapat berbagai kerajaan kecil yang tersebar dipesisir pantai yang diperintah oleh Moro. Moro adalah sebutan yang diberikan oleh orang Portugis terhadap orang Islam (Prijohutomo. 1952:72). Kerajaan di Tuban yang dipimpin oleh Moro tersebut berada dibawah kekuasaan kerajaan Demak.
            Tuban menurut Begin ende Voortgangh (dalam De Graaf, Begin III bag 3 hal 9) adalah sebuah kota yang bagus. Menurut De Graaf Tuban memiliki ciri khas feodal yang kuat. Pada masa itu kota Tuban mencapai puncak kejayaannya dapat dijelaskan bahwa kota Tuban memiliki Raja yang sangat kuat. Dan oleh masyarakat sekitar disebut sebagai raja terkuat dipulau jawa dengan ciri-ciri sangat gemuk dan tingginya sedang. Raja ini jika perlu dalam waktu 24 jam saja bisa mengumpulkan beberapa ribu orang untuk berperang. De Graaf sangat jelas dalam mendeskripsikan raja Tuban ini. Raja Tuban bersikap baik terhadap Belanda. Beliau menjemput orang-orang Belanda di pesisir pantai kemudian mengajaknya masuk ke istana. Istana tersebut sangat besar, terdapat banyak ruangan didalam istana tersebut, tembok istana terbuat dari batu bata merah (masih seperti bangunan Majapahit), pintu-pintunya tampak sempit dan pendek. Di depan pintunya terdapat gajah yang berdiri didepan serambi. Jumlah gajahnya ada 13 ekor dan diantara 13 ekor terdapat satu ekor gajah yang sangat besar dan galak (de Graaf, 1985:122).
            Jika dikaitkan dengan bentuk bangunan yang ada di Banten adalah mirip dengan bentuk bangunan yang ada di Tuban pada saat itu. Bangunan itu adalah mewarisi gaya bangunan kerajaan Majapahit atau model Bali. Karena model seperti itu masih dipakai di daerah Bali sampai saat ini. Tuban menjadi pewaris kerajaan Majapahit yang berada di pesisir utara laut Jawa. Diceritakan pula bahwa golongan dalam masyarakat Tuban terdiri dari setangah bangsawan dan setengah pedagang. Bangsawan Tuban gemar sekali akan kuda. Dan perdagangan juga dilakukan oleh para bangsawan. Jika meraka meninggalkan rumah, mereka selalu diikuti oleh pengiring yang terdiri atas 10 sampai 12 orang abdi yang membawa peralatan sirih.
            Tuban memiliki peranan penting bagi masa keemasan islam di Jawa. Keadaan ini tampak pula pada masa kerajaan Pajang. Khusunya pada saat pemerintahan raja Pajang Adiwijaya. Cerminan diri Tumenggung Tuban tertanam kuat di istana Pajang.
Pada tahun 1527 karena masalah sikap penduduk Tuban yang netral dan masih loyal terhadap majapahit yang dianggap “kafir”, maka Demak melakukan penyerangan terhadap Tuban. Penyerangan tersebut dianggap aneh karena Tuban telah masuk dan memeluk agama Islam, dan membantu Demak menundukan kerajaan Majapahit. Dalam penyerangan ini Tuban masih bisa bertahan karena terdapat penyerangan lagi setelah itu yakni penyerangan dari kerajaan Mataram yang terjadi pada tahun 1598 sampai 1599. Di ceritakan di dalam Babad Sangkala. Serangan tersebut juga gagal karena pada saat itu Tuban masih menjadi kota yang berkembang dan kuat. Memiliki raja yang sangat kuat menurut masyarakat setempat.

2.3 Proses Islamisasi Kota Tuban
            Kehadiran dan proses islamisasi di jawa dapat dibuktikan didalam beberapa data arkeologis dan beberapa sumber yakni babad, hikayat, legenda, seta berita asing. Proses islamisasi dipulau Jawa akibat adanya hubungan perdagangan yang telah dilakukan sejak Malaka jatuh ketangan Portugis. Perdagangan bukan hanya terjadi diantara wilayah nusantara saja, namun juga terjalin sampai antar negara internasional termasuk hubungan dagang Persia dan India yang telah mendapat pengaruh islam dari Arab. Para pedagang ini mulai mengenalkan dan menyebarkan agam islam seraya berdagang di pulau Jawa. Jawa mulai masuk islam dapat diketahui dengan adanya makam Malik Ibrahim. Beliau adalah pedagang kaya dari Persia yang meninggal tahun 1419 (Suyono, 2004:22).
Perkembangan islam dipulau Jawa juga mendorong penyebaran sampai di daerah Tuban. Tuban telah menjadi pelabuhan sejak diduduki oleh kerajaan Hindu-Budda, namun eksistensinya mulai ditunjukkan sejak kerajaan Majapahit sampai dengan masa islam di pulau Jawa. Islamisasi di Tuban seperti islamisasi di daerah-daerah lainnya. Perkembangan agama islam dalam daerah itu berbeda yakni daerah pesisir lebih cepat berkembang karena lebih bersifat pluralitas karena sering berbaur dengan budaya lain, sedang daerah pedalaman lebih lama untuk menerima budaya baru yang masuk karena wilayah yang sulit dijangkau dan masyarakat yang masih tradisional. Alasan lain  Perkembangan agama islam di  kota Tuban berbeda antara yang pesisir dengan pedalaman adalah Karena kota pesisir bersifat maritim mengutamakan pelayaran. Sedang pedalaman bersifat kontingental dan ekonomi agraris (Daliman, 2012:69). 
 Seperti halnya islamisasi di daerah-daerah lain, islam masuk dan berkembang secara pesat di wilayah pesisir pantai abad ke 16 yang disebarkan oleh para wali, yang biasanya disebut dengan wali songo. Wali yang khusus mengenalkan dan menyebarkan agama islam di Tuban adalah Sunan Bonang. Sebutan sunan berarti seseorang yang dimuliakan atau dijunjung tinggi, sedangkan Bonang adalah sebutan karena sunan tersebut sangat pandai memainkan alat musik Bonang. Seperti cara-cara wali-wali lainnya. Sunan Bonang juga menyebarkan agama islam secara perlahan dengan menyesuaikan dengan kebudayaan masyarakat sekitar. Salah satunya dengan alat musik Bonang, sehingga masyarakat setempat merasa islam itu agama yang indah. Berbeda dengan daerah pesisir, daerah-daerah pedalaman baru berkembang pada akhir abad ke-16 dan pertengahan abad ke-17.
Proses islamisasi kota Tuban adalah secara sukarela. Islam sangat mudah masuk karena bebrapa faktor. Islam dipandang sebagai agama yang penuh kesucian. Tidak memandang manusia itu berbeda derajatnya kecuali ketakwaan seseorang. Sehingga jika dibanding dengan agama hindu yang telah dianut oleh orang Tuban. Agama islam dirasa lebih cocok bagi mereka, apalagi bagi orang yang berada dikelas menengah ke bawah. Para bangsawan yang masih “kafir” dengan sukarela masuk dan memeluk agama islam, setelah masuk islam para bangsawan itu menjadi memiliki derajat yang “lebih tinggi”, sehingga jika penguasa daerah telah memeluk agama islam secara perlahan disusul oleh sebagian rakyatnya. Islam juga masuk dengan adanya pernikahan. Jika ada seorang suami yang menikahi dari wanita pribumi, maka secara tidak langsung sang istri dari orang Tuban itu akan mengikuti agama suaminya yang beragama Islam. Disamping mengalami islamisasi secara sukarela dan melalui pernikahan, namun Tuban masih setia dengan majapahit sebelum majapahit benar-benar runtuh. Karena Tuban bersifat netral antara majapahit dengan Demak, dan tetap berkeduduka
n sebagai vasal Majapahit.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas maka dapat di simpulkan, antara lain:
1.      Pelabuhan kota Tuban menjadi besar karena laut Jawa menjadi jalur pelayaran dan perdagangan yang penting bagi benua timur dan benua barat, apalagi setelah Malaka jatuh di tangan Portugis, sehingga membuat kota Tuban menjadi pelabuhan yang besar kala itu.
2.      Perkembangan kota Tuban mengikuti perkembangan pesisir utara laut Jawa, yang mempengaruhi perkembangan kota Tuban. Penduduk pesisir lebih mudah berkembang dari pada penduduk pedalaman. Perkembangan kota ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan agama islam dipulau Jawa. Karena masa islam jalur pelayaran khusunya pesisir pantai utara sebagai pusat perjalanan kehidupan.
3.      Proses islamisasi di kota Tuban, dilakukan secara sukarela oleh raja, dan di ikuti secara perlahan oleh rakyatnya. Dan proses islamisasi juga dilakukan dengan cara pernikahan. Islam masuk di Tuban kemudian di terima secara langsung dengan beberapa proses. Apalagi setelah adanya Sunan Bonang yakni anggota Wali Songo dan beberapa tokoh agama lainnya yang khusus dan aktiv menyebarkan agama islam di Tuban.

3.2              Saran
Penulis memahami bahwa penulisan makalah ini belum sempurna dan  memiliki banyak sekali kekurangan, sehingga penulis mengharapkan saran yang membangun agar makalah ini menjadi lebih baik.





DAFTAR RUJUKAN
Basundoro, Purnawan, 2012, Pengantar Sejarah Kota. Yogyakarta: Ombak Dua
Daliman, A, 2012, Islamisasi dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam di Indonesia. Yogyakarta: Ombak Dua
De Graaf. 1985. Awal Kebangkitan Mataram Massa Pemerintahan Senapati. Jakarta: PT Temprint
Hamid, A,R, 2013, Sejarah Maritim, Yogyakarta: Ombak Dua
Poesponegoro, Djoened, 2008, Sejarah Nasional Indonesia 3.Jakarta: Balai Pustaka
Prijohutomo, 1952. Sedjarah. Djakarta: W. Versluys
Suyono. R. P. 2004. Peperangan Kerajaan Di Nusantara. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar