Selasa, 06 Oktober 2015

LAKSAMANA CHENG HO



LAKSAMANA CHENG HO
PENJELAJAH MUSLIM DARI CINA

Oleh :
Dwi Lidiawati (130731615709)
Offering A/2013
Sejarah Fakultas Ilmu Sosial
Email: dwilidia57@gmail.com


Abstak
Cheng Ho adalah seorang muslim dari Cina yang menjadi seorang Laksana pelayaran dari Dinasti Ming yang bermisi untuk kemajuan politik di negara-negara Asia-Afrika. Cheng Ho seorang Muslim yang taat dalam beragama islam. Dan memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap agama lain. Hal tersebut dikarenakan Cheng Ho memang hidup dilingkungan yang mayoritas bukan beragama islam, namun beragama Buddha dan Taoisme. Tujuan pelayaran yang dilakukan selain bertujuan politik dinasti Ming dengan daerah-daerah yang disinggahi, juga bertujuan menyebarkan agama islam. Dalam setiap pelayaran Cheng Ho juga menyempatkan untuk berziarah dimakam-makam para pendahulu islam yang ada di daerah yang disinggahi, serta membangun atau memugar masjid-masjid.

Kata Kunci = Cheng Ho, Dinasti Ming, Islam

PENDAHULUAN
            Mengenai masuk dan berkembangnya agama islam di Cina khususnya di Tiongkok, banyak para sarjana berpendapat bahwa islam masuk di Tiongkok pada pertengahan abad ke-7. Kekuasaan Islam yang pada waktu itu zaman khalifah III Usman bin Affan (577-656). Khalifah Usman Bin Affan mengirim utusan untuk menyebarkan agama islam di Tiongkok. Islam di Tiongkok dalam penyebarannya melalui daratan dan lautan. Pada abad 13 sudah banyak orang Islam di Asia Tengah dan Asia Barat. Di daerah tersebut hingga dikenal banyak orang dengan sebutan orang-orang Mongol yang dipimpin oleh Jengis Khan. Kaum tersebut membentuk kekuatan baru yang sangat kuat dengan memiliki tentara-tentara yang tangguh. Dan pada tahun 1260-1368 M mengusai Cina. Dan hal tersebut membuat islam semakin menyebar di Cina. Walaupun tidak menjadi agama mayoritas yang dianut di Cina. Dalam perkembagan dinasti Yuan pada pertengahan abad ke-14 muncul pemberontakan ang dipimpin oleh Zhu Yuan Zhan, kemudian berhasil menggulingkan dinasti Yuan di dalam kekuasaan di Cina. Kaum pemberontak tersebut adalah kaum orang Cina asli dan terdapat prajurit-prajurit muslim dan jendral-jendral Muslim. Antara lain seperti Chang Yuchun, Mu ying, Hu Dahai, dan Lan Yu. Dan saat dinasti Ming menggantikan dinasti Yuan orang-orang muslim tersebut mendapatkan jabatan-jabatan yang tinggi. Dinasti Ming adalah dinasti yang besar, dinasti ini merupakan dinasti yang didirikan orang Cina asli. Dalam perkembangan dinasti ini agama islam sangat mendapat perhatian. Tarikh islam dan apapun yang berbau islam dihormati oleh kaisar yang berkuasa pada waktu itu yakni kaisar Ma Sha yi Hei. Bahkan perhatian yang besar tersebut juga ditunjukkan dengan adanya perintah kaisar untuk menerjemahkan tarikh islam dan buku astronomi Hui Hui dari bahasa Arab ke bahasa Mandarin. Kaisar pada dinasti Ming memang memberikan perhhatian besar terhadap agama islam, tetapi kaisar membatasi kegiatan yang ada di wilayah Hui. Yaitu wilayah yang mayoritas beragama islam. Kaisar ini memang memikirkan hal tersebut supaya wilayah Hui tidak mengehendaki pemisahan wilayah terhadap Cina. Karena dirasa Cina dan Wilayah Hui memiliki perbedaan yang cukup besar. Wilayah Hui lebih condng kepada daerah Timur tengah dibandingkan dengan daerah Cina. Walaupun secara geografis wilayah Hui berada pada wilayah Cina. Cara hidup, kebudayaan, agama, dan aspek-aspek lain yang dianggap jauh berbeda diantara wilayah Hui dan Cina.
            Dari dinasti Ming inilah muncul tokoh yang luar biasa kemampuannya dan sikapnya yakni Cheng Ho. Cheng Ho adalah seorang laksamana pelayar yang hebat dari dinasti Ming yang beragama islam. Dalam beragama Cheng Ho memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap agama lain. Hal tersebut dikarenakan Cheng Ho hidup di lingkungan yang mayoritas beragama Buddha dan Taoisme. Namun sikap toleransinya tersebut tidak menggoyahkan ketaatannya terhadap agama yang dianutnya yakni agama islam. Dari uraian tersebutlah penulis tertarik menulis artikel mengenai “Laksamana Cheng Ho Penjelajah Muslim Dari Cina”. Dengan sebelumnya telah ada peneliti lain yang telah membahas tema tersebut seperti dari Rin Nhuri dengan Judul Biografi Cheng Ho serta terdapat penelitian yang lain yakni dari Tulus Sardono dari Universitas Sebelas Maret yang berjudul Peranan Laksamana CHENG HO dalam Penyebaran Agama Islam di Jawa pada Abad ke-15. Dan masih ada penelitian lain yang mengarah pada tokoh hebat Laksamana Cheng Ho.


PEMBAHASAN

Cheng Ho dan Agama Islam

            Cheng Ho adalah seorang muslim yang berasal dari Cina, dilahirkan dari marga Ma, suku Hui di desa He dai kabupaten Kunyang profensi Yunnan. Seluruh keluarganya beragama islam. Memang dapat diketahui bahwa sampai sekarang suku Hui adalah suku yang beragama islam. Ayah laksamana Cheng Ho adalah bernama Mu Haji (1344-1382), ayahnya berprofesi sebagai pelaut. Cheng Ho terdiri dari enam bersaudara, 2 laki-laki dan 4 perempuan.  Sedangkan Cheng Ho sendiri merupakan anak ketiga. Nama asli Cheng Ho adalah Ma He dikenal juga dengan sebutan Sanbao. Cheng Ho lahir pada abad ke-4 atau 1371 M. Dapat digambarkan wajah seorang laksamana Cheng Ho dapat digambarkan dengan hidung mancung, alis mata tengah, bermata jeli, bergigi putih bagaikan mutiara, dan bersuara lantang, serta langkahnya gagah mirip harimau (Yuanzhi,2000:vi).
            Ketaatan Cheng Ho dengan agama Islam tidak lepas dengan adanya agama islam yang menyebar di Cina khususnya di Tiongkok dari kekuasaan dinasti Usmani yang berasal dari bangsa Turki yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Kedekatan geografi dan ekologi inilah yang menyebabkan islam masuk dan berkembang di Cina. Wilayah tempat lahir laksamana Cheng Ho adalah sebuah wilayah yang mayoritas beragama Islam karena letak wilayahnya yang dekat dengan daerah Turki atau kakuasaan wilayah Timur Tengah. Kekuatan islam pada waktu itu baru kembali sejak kemunjulan kerajaan di Turki, Kerajaan Mughal di India, Dan Safawi di Persia.
            Dalam bidang agama islam, Cheng Ho adalah seorang pemuka agama islam yang pandai berdakwah, mampu membaca, menulis, serta fasih dalam berbahasa Arab. Dakwah yang disiarkan mudah diterima oleh orang-orang di daerah yang disinggahinya karena ditunjang pula dengan sikap ramah-tamah, sopan-santun, manis dalam bertutur kata. Toleransi dalam beragama juga merupakan salah satu kunci dapat terjalinnya persahabatan antara negara-negara yang dikunjungi dan menjalankan Misi yang didapatnya. Memang pada dasarnya Cheng Ho hidup di lingkungan yang sekelilingnya bukan menganut agama islam, melainkan agama Budda dan agama Tao, sehingga sangat menuntut Cheng Ho untuk bertoleransi yang tinggi dalam bidang agama.
            Pertanyaan mengenai apakah Cheng Ho sudah menunaikan ibadah Haji seperti ayah dan kakeknya. Hal itu belum dibuktikan. Karena tidak ada buku-buku yang menyebutkan bahwa Cheng Ho belum Haji ataukah sudah haji. Mengingat bahwa dalam setiap pelayaran tugas utama Cheng Ho adalah bukun untuk menyebarkan agama islam atau mempertokoh agama islam, melainkan kegiatan politik dinasti Ming. Lagi pula Kaisar dinasti Ming tidak beragama islam dan rombongan pelayaran Cheng Ho banyak yang beragama Budda dan Tao, mana bisa Cheng Ho mengajak semua rombongan untuk pergi ke Mekkah. Namun, dalam suatu pernyataan dalam “Muslim Tionghoa Cheng Ho” karangan Prof. Kong Yuanzhi menjelaskan bahwa Cheng Ho menginginkan sekali untuk berangkat haji.
            Cheng Ho meninggal dunia di Calicut pada tahun 1433. Meninggalnya Cheng Ho juga dalam kegiatan pelayaran dan meninggal karena sakit. Menurut beberapa pakar menyatakan bahwa makam Cheng Ho yang sebenarnya adalah di bukit Niushou, sedangkan Nanjing bukan merupakan makam Cheng Ho, tetapi hanya berisi sepatu dan pakaian yang biasa digunakan dalam memimpin pelayaran. Toleransi ini dapat ditunjukkan dengan beberapa sikap Cheng Ho yakni menghormati agama Budda dengan pernah memberikan derma kepada kuil buddha di negara asing (Yuanzhi, 2000:40). Sedangkan sikap toleransinya terhadap agama Tao ditunjukkan dengan diperbolehkannya agama Tao menyembah dewi Sakti (dewi yang menjaga bahaya di laut). Sikap toleransi yang jelas ditunjukkan adalah tidak pernah mempermasalahan agama dalam setiap pelayaran. Menurut Funzhi (2000:43) bahwasanya gerakan Cheng Ho kepada agama islam dimanapun senantiasa memperhitungkan situasi dan kondisi yang penuh toleransi dengan tidak harus melepaskan prinsip-prinsip yang dianutnya. Walaupun bertoleransi tinggi tetapi tidak menggoyahkan ketaatan  terhadap agama islam.

Cheng Ho dari Dinasti Ming dan Daerah- Daerah yang Disinggahi Terkait Pengaruhnya dalam Menyebarkan Agama Islam
            Hubungan Cheng Ho terhadap Dinasti Ming sangat erat, bahwasanya adanya peperangan pasukan Ming Thai Chu menawan anak-anak dan termasuk Cheng Ho. Anak-anak tersebut dibawa ke Nanjing dan dikebiri secara kejam dan keji. Pada usia ke 12 Cheng Ho telah menjadi seorang kasim atau pelayan atau thai chien di Dinasti Ming. Pada saat pemerintahan kaisar Yung Lo yakni kaisar yang terkenal diplomat yang handal memerintahkan Cheng Ho untuk melakukan diplomasi politik terhadap daerah-daerah lain disekitas Asia dan Afrika. Cheng Ho ini yang akhirnya muncul sebagai tokoh ekspedisi yang terkenal dan dibantu oleh sekertarisnya yang bernama Ma Huan.
            Cheng Ho dikenal sebagai bahariwan yang tangguh dan sebagai laksamana yang besar dan pelaut ulung yang sangat terkenal didunia. Sejarah yang cukup gemilang di bidang pelayaran dan bahkan tidak tertandingi. Pelayaran yang dilakukan oleh Cheng Ho di beberapa negara tercatat pelayarannya di Korea, Campa, Siam, Kamboja, Jawa, dan Sumatra. Sedangkan uraian perjalanan pelayaran Cheng Ho dalam buku “Sejarah Asia Timur I” karya Drs. Leo Agung S., M.Pd bahwa:
 pelayaran Cheng Ho sebanyak enam kali yakni pada tahun 1405 M dengan mengunjungi Indo China, Champa, dan Sriwijaya. Pada tahun 1408 dengan mengunjungi Malaka, Singapora, Calcuta, Persia, Aden, dan Mekah. Pada tahun 1412 M dengan mengunjungi Aceh, Palembang, Bangka, dan Jawa. Pada tahun 1416 M dengan mengunjungi Saudi Arabia, Bangka, dan Jawa. Pada tahun 1421 M dengan mengunjungi Siam (Thailand), dan Sumatra. Pada tahun 1424 M dengan mengunjungi Sumatra, untuk mengetahui lebih dalam mengenai Sumatra. (Agung, Leo. 2012:53).
 Tujuan pelayaran tersebut adalah untuk bersilaturahmi dan menyebarkan islam keapada penduduk setempat, dan beliau tidak pernah memaksa dalam menyebarkan agama islam. Selain tujuan tersebut terdapat tujuan yang penting yakni mengadakan diplomasi dan politik persahabatan terhadap negara-negara yang disinggahinya, dan tujuan yang tersirat adalah mempropagandakan kejayaan dinasti Ming dan menyebarkan politiknya di Asia-Afrika (Yuanzhi, 2000:Xviii). Tujuan lain yang tersirat yakni tujuan untuk mencari kemenakannya yang bernama Hui Ti. Hui Ti sebenarnya adalah kaisar kedua dari dinasti Ming, namun Hui Ti melarikan diri dari istana. Tujuan pelayaran laksamana Cheng Ho tidak seperti tujuan pelayaran yang dilakukan bangsa barat yakni dengan tujuan ekspansi dan agresi. Dalam pelayaran Cheng Ho memimpin 208 kapal, dengan armada kurang lebih 28.000 orang, pelayaran tersebut berlangsung selama 28 tahun dalam tujuh kali pelayaran. Dengan armada yang cukup banyak dan waktu yang cukup lama Cheng ho dapat dikatakan mampu memanajemen pembagian tugas dalam pelayaran. Dalam pelayaran tersebut Cheng Ho meniru manajemen strategi Muhammad Saw, manajemen Tao Zhugong, manajemen Confuianisme, dan manajemen Lautze. Dapat digambarkan langkah pembagian tugas didasarkan pada SDM yang dimiliki oleh para armadanya. SDM yang memiliki kelebihan dibidang intelektual lebih condong kepada tugas sebagai teknisi ataupun masalah gizi. Sedangkan SDM yang memiliki kelebihan fisik lebih condong kepada kebersihan dan logistik.
            Dalam halnya penyebaran agama islam, Cheng Ho pada dasarnya berasal dari keluarga yang beragama islam. Sehingga Cheng Ho memiliki jiwa islam yang kuat. Dalam beragama Cheng Ho memiliki toleransi yang tinggi terhadap agama lain, seperti agama Buddha, Kong Hu Cu, dan Taoisme walaupun beliau aktiv menyebarkan agama islam di Tiongkok dan di negara-negara yang disinggahinya. Selain di negara-negara yang disinggahi Cheng Ho menyebarkan agama, beliau juga melakukan ziarah-ziarah ke makam-makam para pendahulu islam, mengikutkan muslim dalam pelayaran, dan membangun maupun memugar masjid. Tercatat pada tahun 1413 Cheng Ho telah memugar masjid Qinging di kota Xian, masjid tersebut dibangun pada masa dinasti Tang pada tahun 684 M. Khusus di Indonesia telah banyak peran Cheng Ho dalam dunia agama islam di tanah air. Cheng Ho pernah singgah di kerajaan Samudra Pasai yakni kerajaan yang berhaluan islam. Sebagai kenang-kenangan atau cidera mata Cheng Ho memberikan lonceng raksasa bernama Cakradanya. Dan sekarang lonceng raksasa tersebut diletakkan dibagian depan museum Banda Aceh. Di Keraton Kesepuhan Cirebon Cheng Ho memberikan kenang-kenangan berupa piring keramik yang bertulisan ayat kursi. Dan masih banyak lagi peran Cheng Ho di Indonesia. Dalam bidang lain, Cheng Ho juga telah memberikan kontribusi yang besar di Indonesia. Cheng Ho juga memberikan kemajuan di berbagai bidang seperti bercocok tanam, alat bajak dari besi, beternak, perdagangan, seni ukir, seni bangunan atau arsitektur, dan seni yang lainnya. Adanya tahu, tauci, tauge, kembang tahu, mie, bihun, kue tiau, kecap, ragi, bapau, baso, napia, dan capcay adalah berkat budaya Cina yang dibawa oleh laksamana Cheng Ho.
            Pelayaran yang dilakukan rombongan Cheng Ho di Indonesia terdapat di beberapa daerah, yakni Samudra Pasai, di kerajaan Nakur, Pelabuhan Palembang, Jawa, Malaka, Pulau Bangka, Bukit Durian, Muara Jati, Cirebon, Sunda Kelapa yang berlabuh di Tanjung Mas atau Ancol, pelabuhan Simongan sekarang di sekitar daerah Semarang, Tuban, Gresik, Surabaya, mojokerto yang pada waktu itu menjadi ibukota dari kerajaan Majapahit. Di daerah-daerah tersebut setidaknya Cheng Ho meninggalkan Cindera Mata khas Tiongkok berupa porselin, guci, kain sutra, keramik, dan lain-lain. Sedangkan masih banyak pelayaran yang dilakukan di luar Nusantara misalnya semenanjung Indocina, semenanjung Malaya, semenjung Hindia sampai pantai sebelah timur benua Afrika. Dalam pelayaran Cheng Ho di Semarang diperingati dengan dibangunnya Klenteng Sam po Kong yang dahulunya terdapat Gua yang digunakan ketika Wang Mang salah seorang rekan Cheng Ho yang sakit dalam pelayaran dan akhirnya singgah di Semarang. Gua tersebut digunakan rombongan untuk tempat tinggal sementara sampai Wang Mang sembuh dan di depan gua tersebut dibangun patung Cheng Ho. Dan akhirnya berkembang menjadi klenteng Sam Po Kong. Kehadiran Cheng Ho di Nusantara telah memunculkan pencerahan agama islam di Nusantara. Cheng Ho berperan dalam mebangun kerajaan islam Demak pada tahun 1475, serta memiliki peranan yang besar dalam keruntuhan Majapahit. Hal tersebut terjadi ketika Cheng Ho melakukan ekspedisinya di wilayah Jawa yang pada waktu itu sedang terjadi penyebaran islam khususnya didaerah pesisir yang beriringan dengan tanda-tanda keruntuhan kerajaan Majapahit yakni kerajaan yang berhaluan agama Hindu Indonesia.
            Hasil dari penelitian pelayaran yang dilakukan pada pelayaran Cheng Ho adalah 24 peta Navigasi yang berjudul Zheng He’s Navigation Map. Hal itu menunjukkan bahwa kemajuan di bidang navigasi pada masa dinasti Ming tidak dapat diragukan lagi. Hal itu menjadi pelopor dan berjasa dibidang bahari dan hubungan internasional dan berjasa besar pula dalam hal menyebarkan agama islam, dan jasa-jasa lain di berbagai bidang termasuk pertanian, perikanan, dan peternakan.
            Dalam majalah Life menempatkan Cheng Ho sebagai naomor 14 orang terpenting dalam milenium terakhir. Perjalanan Cheng Ho dalam pelayaran diberbagai daerah-daerah dengan tujuh kali pelayaran tersebut menghasilkan berbagai ilmu. Dan ilmu yang terpenting dalam bidang pelayaran adalah peta navugasi Cheng Ho telah mampu memperbaharui peta Navigasi yang digunakan seluruh dunia sampai abad ke-15. Dalam buku navigasi Cheng Ho terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan. Kapal yang digunakan dalam pelayaran Cheng Ho terapat beberapa sumber yang menyebutkan bahwa kapal tersebut adalah kapal terbesar yang ada pada zaman tersebut. Bahkan mengalahkan kapal-kapal yang digunakan oleh bangsa barat yang telah lama terkenal dengan kemampuan pelayaran dengan kapal-kapalnya. Peta navigasi Cheng Ho pada perkembangannya juga digunakan oleh para kaum barat untuk melakukan pelayaran.
            Orang-orang Muslim yang diajak Cheng Ho dalam pelayaran memang tidak sedikit, diantaranya adalah Ma Huan, Guo Chongli, Hasan, Sa’ban, dan Pu heri. Ma Huan dan Guo Chongli adalah salah satu muslim yang pandai berbahasa Arab dan Persia. Tokoh muslim tersebut juga bertugas sebagai penerjemah. Sedangkan Hasan bertugas sebagai pimpinan Masjid Tang Shi di Xian yang terletak di provinsi Shan Xi yang berperan sebagai tokoh untuk mempererat hubungan diplomasi Tiongkok dengan negeri-negeri Islam. Tokoh muslim Hasan bertugas memimpin kegiatan-kegiata keagaman dalam rombongan yang ada dalam pelayaran dengan waktu yang panjang dan pasukan yang banyak. Kegiatan-kegiatan yang biasa dipimpin oleh Hasan adalah seperti melaksanakan penguburan jenzah di laut atau memimpin shalat hajat ketika armadanya diserang badai. Dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan selama dalam pelayaran.
           
PENUTUP
            Cheng Ho dan agama islam sangat erat. Karena Cheng Ho adalah seorang yang beragama islam. Bahkan Cheng Ho adalah seorang Muslim yang memiliki ketaatan yang tinggi, pasalnya hal tersebut dikarenakan beliau lahir dari keluarga yang beragama islam kuat. Cheng Ho adalah seorang pemuka agama islam yang pandai berdakwah, mampu membaca, menulis, serta fasih dalam berbahasa Arab. Dakwah yang disiarkan mudah diterima oleh orang-orang di daerah yang disinggahinya karena ditunjang pula dengan sikap ramah-tamah, sopan-santun, manis dalam bertutur kata. Toleransi dalam beragama juga merupakan salah satu kunci dapat terjalinnya persahabatan antara negara-negara yang dikunjungi dan menjalankan Misi yang didapatnya. Memang pada dasarnya Cheng Ho hidup di lingkungan yang sekelilingnya bukan menganut agama islam, melainkan agama Budda dan agama Tao, sehingga sangat menuntut Cheng Ho untuk bertoleransi yang tinggi dalam bidang agama.
            Cheng Ho dengan dinasti Ming memang erat hubungannya dikarenakan pada masa pemerintahan kaisar Yung Lo, Cheng Ho diutus untuk melakukan ekspedisi dinegara-negara tetangga Cina dalam tujuannya untuk mengajak bersilaturahmi dengan negara-negara yang disinggahi, mengadakan diplomasi dengan negara-negara tetangga, mencari Hui Ti yang melarikan diri dari istana, dan tujuan lain yang terselip adalah tujuan dalam menyebarkan agama islam di daerah-daerah yang disinggahinya. Dalam pelayaran tersebut Cheng Ho mampu mengatur pelayaran dengan pasukan yang banyak, dan waktu yang tidak singkat dengan kemampuannya yang sangat baik. Cheng Ho menyesuaikan tugas pelayar-pelayar yang diajaknya dalam kemampuan yang dimiliki. Jika pelayar memiliki kemampuan intelektual maka Cheng Ho memberi tugas mengenai hal-hal yang berbau teknisi ataupun tugas lain yang menggunakan pikiran. Kemudian jika pelayar yang memiliki kemampuan dalam tenaga atau otot maka tugas yang diberikan Cheng Ho adalah hal-hal yang menggunakan otot dalam penyelesaiannya.

DAFTAR RUJUKAN
Agung, Leo. 2012. Sejarah Asia Timur 1.Yogyakarta: Ombak
Menglong, Feng. 2007. Kumpulan Kisah Klasik Dinasti Ming Kaisar Taizu Menyelamatkan Si Jelita Jingniang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Nhuri. 2009. Biografi Cheng Ho. (online) http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/09/biografi-laksamana-cheng-ho.html. Diakses pada 01 Desember 2014
Sardono, Tulus. 2005. Peranan Laksamana Cheng Ho dalam penyebaran agama islam di Jawa pada abad ke-15. (online) http://digilib.uns.ac.id/abstrak_14728_perananan-laksamana-cheng-ho-dalam-penyebaran-agama-islam-di-jawa-pada-abad-ke-15.html diakses pada 01 Desember 2014
Sen, Ta, Tan. 2004. Cheng Ho Penyebar Islam dari China ke Nusantara. Jakarta: Kompas
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Yuanzhi, K. 2000. Muslim Tionghoa CHENG HO Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara. Jakarta: Obor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar