LAKSAMANA CHENG HO
PENJELAJAH MUSLIM DARI CINA
Oleh :
Dwi Lidiawati (130731615709)
Offering A/2013
Sejarah Fakultas Ilmu Sosial
Email: dwilidia57@gmail.com
Abstak
Cheng Ho adalah seorang muslim dari Cina yang menjadi
seorang Laksana pelayaran dari Dinasti Ming yang bermisi untuk kemajuan politik
di negara-negara Asia-Afrika. Cheng Ho seorang Muslim yang taat dalam beragama
islam. Dan memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap agama lain. Hal
tersebut dikarenakan Cheng Ho memang hidup dilingkungan yang mayoritas bukan
beragama islam, namun beragama Buddha dan Taoisme. Tujuan pelayaran yang
dilakukan selain bertujuan politik dinasti Ming dengan daerah-daerah yang
disinggahi, juga bertujuan menyebarkan agama islam. Dalam setiap pelayaran
Cheng Ho juga menyempatkan untuk berziarah dimakam-makam para pendahulu islam
yang ada di daerah yang disinggahi, serta membangun atau memugar masjid-masjid.
Kata
Kunci = Cheng Ho, Dinasti Ming,
Islam
PENDAHULUAN
Mengenai masuk dan berkembangnya
agama islam di Cina khususnya di Tiongkok, banyak para sarjana berpendapat
bahwa islam masuk di Tiongkok pada pertengahan abad ke-7. Kekuasaan Islam yang
pada waktu itu zaman khalifah III Usman bin Affan (577-656). Khalifah Usman Bin
Affan mengirim utusan untuk menyebarkan agama islam di Tiongkok. Islam di
Tiongkok dalam penyebarannya melalui daratan dan lautan. Pada abad 13 sudah
banyak orang Islam di Asia Tengah dan Asia Barat. Di daerah tersebut hingga
dikenal banyak orang dengan sebutan orang-orang Mongol yang dipimpin oleh
Jengis Khan. Kaum tersebut membentuk kekuatan baru yang sangat kuat dengan
memiliki tentara-tentara yang tangguh. Dan pada tahun 1260-1368 M mengusai
Cina. Dan hal tersebut membuat islam semakin menyebar di Cina. Walaupun tidak
menjadi agama mayoritas yang dianut di Cina. Dalam perkembagan dinasti Yuan
pada pertengahan abad ke-14 muncul pemberontakan ang dipimpin oleh Zhu Yuan
Zhan, kemudian berhasil menggulingkan dinasti Yuan di dalam kekuasaan di Cina.
Kaum pemberontak tersebut adalah kaum orang Cina asli dan terdapat
prajurit-prajurit muslim dan jendral-jendral Muslim. Antara lain seperti Chang
Yuchun, Mu ying, Hu Dahai, dan Lan Yu. Dan saat dinasti Ming menggantikan
dinasti Yuan orang-orang muslim tersebut mendapatkan jabatan-jabatan yang
tinggi. Dinasti Ming adalah dinasti yang besar, dinasti ini merupakan dinasti
yang didirikan orang Cina asli. Dalam perkembangan dinasti ini agama islam
sangat mendapat perhatian. Tarikh islam dan apapun yang berbau islam dihormati
oleh kaisar yang berkuasa pada waktu itu yakni kaisar Ma Sha yi Hei. Bahkan
perhatian yang besar tersebut juga ditunjukkan dengan adanya perintah kaisar
untuk menerjemahkan tarikh islam dan buku astronomi Hui Hui dari bahasa Arab ke
bahasa Mandarin. Kaisar pada dinasti Ming memang memberikan perhhatian besar
terhadap agama islam, tetapi kaisar membatasi kegiatan yang ada di wilayah Hui.
Yaitu wilayah yang mayoritas beragama islam. Kaisar ini memang memikirkan hal
tersebut supaya wilayah Hui tidak mengehendaki pemisahan wilayah terhadap Cina.
Karena dirasa Cina dan Wilayah Hui memiliki perbedaan yang cukup besar. Wilayah
Hui lebih condng kepada daerah Timur tengah dibandingkan dengan daerah Cina.
Walaupun secara geografis wilayah Hui berada pada wilayah Cina. Cara hidup,
kebudayaan, agama, dan aspek-aspek lain yang dianggap jauh berbeda diantara
wilayah Hui dan Cina.
Dari dinasti Ming inilah muncul
tokoh yang luar biasa kemampuannya dan sikapnya yakni Cheng Ho. Cheng Ho adalah
seorang laksamana pelayar yang hebat dari dinasti Ming yang beragama islam.
Dalam beragama Cheng Ho memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap agama
lain. Hal tersebut dikarenakan Cheng Ho hidup di lingkungan yang mayoritas
beragama Buddha dan Taoisme. Namun sikap toleransinya tersebut tidak
menggoyahkan ketaatannya terhadap agama yang dianutnya yakni agama islam. Dari
uraian tersebutlah penulis tertarik menulis artikel mengenai “Laksamana Cheng
Ho Penjelajah Muslim Dari Cina”. Dengan sebelumnya telah ada peneliti lain yang
telah membahas tema tersebut seperti dari Rin Nhuri dengan Judul Biografi Cheng Ho serta terdapat
penelitian yang lain yakni dari Tulus Sardono dari Universitas Sebelas Maret
yang berjudul Peranan Laksamana CHENG HO
dalam Penyebaran Agama Islam di Jawa pada Abad ke-15. Dan masih ada
penelitian lain yang mengarah pada tokoh hebat Laksamana Cheng Ho.
PEMBAHASAN
Cheng Ho dan Agama Islam
Cheng Ho adalah seorang muslim yang
berasal dari Cina, dilahirkan dari marga Ma, suku Hui di desa He dai kabupaten
Kunyang profensi Yunnan. Seluruh keluarganya beragama islam. Memang dapat
diketahui bahwa sampai sekarang suku Hui adalah suku yang beragama islam. Ayah
laksamana Cheng Ho adalah bernama Mu Haji (1344-1382), ayahnya berprofesi
sebagai pelaut. Cheng Ho terdiri dari enam bersaudara, 2 laki-laki dan 4
perempuan. Sedangkan Cheng Ho sendiri
merupakan anak ketiga. Nama asli Cheng Ho adalah Ma He dikenal juga dengan
sebutan Sanbao. Cheng Ho lahir pada abad ke-4 atau 1371 M. Dapat digambarkan
wajah seorang laksamana Cheng Ho dapat digambarkan dengan hidung mancung, alis
mata tengah, bermata jeli, bergigi putih bagaikan mutiara, dan bersuara
lantang, serta langkahnya gagah mirip harimau (Yuanzhi,2000:vi).
Ketaatan Cheng Ho dengan agama Islam
tidak lepas dengan adanya agama islam yang menyebar di Cina khususnya di
Tiongkok dari kekuasaan dinasti Usmani yang berasal dari bangsa Turki yang
mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Kedekatan geografi dan
ekologi inilah yang menyebabkan islam masuk dan berkembang di Cina. Wilayah
tempat lahir laksamana Cheng Ho adalah sebuah wilayah yang mayoritas beragama
Islam karena letak wilayahnya yang dekat dengan daerah Turki atau kakuasaan
wilayah Timur Tengah. Kekuatan islam pada waktu itu baru kembali sejak
kemunjulan kerajaan di Turki, Kerajaan Mughal di India, Dan Safawi di Persia.
Dalam bidang agama islam, Cheng Ho
adalah seorang pemuka agama islam yang pandai berdakwah, mampu membaca,
menulis, serta fasih dalam berbahasa Arab. Dakwah yang disiarkan mudah diterima
oleh orang-orang di daerah yang disinggahinya karena ditunjang pula dengan
sikap ramah-tamah, sopan-santun, manis dalam bertutur kata. Toleransi dalam
beragama juga merupakan salah satu kunci dapat terjalinnya persahabatan antara
negara-negara yang dikunjungi dan menjalankan Misi yang didapatnya. Memang pada
dasarnya Cheng Ho hidup di lingkungan yang sekelilingnya bukan menganut agama
islam, melainkan agama Budda dan agama Tao, sehingga sangat menuntut Cheng Ho
untuk bertoleransi yang tinggi dalam bidang agama.
Pertanyaan mengenai apakah Cheng Ho
sudah menunaikan ibadah Haji seperti ayah dan kakeknya. Hal itu belum
dibuktikan. Karena tidak ada buku-buku yang menyebutkan bahwa Cheng Ho belum
Haji ataukah sudah haji. Mengingat bahwa dalam setiap pelayaran tugas utama
Cheng Ho adalah bukun untuk menyebarkan agama islam atau mempertokoh agama
islam, melainkan kegiatan politik dinasti Ming. Lagi pula Kaisar dinasti Ming
tidak beragama islam dan rombongan pelayaran Cheng Ho banyak yang beragama
Budda dan Tao, mana bisa Cheng Ho mengajak semua rombongan untuk pergi ke
Mekkah. Namun, dalam suatu pernyataan dalam “Muslim Tionghoa Cheng Ho” karangan Prof. Kong Yuanzhi menjelaskan
bahwa Cheng Ho menginginkan sekali untuk berangkat haji.
Cheng Ho meninggal dunia di Calicut
pada tahun 1433. Meninggalnya Cheng Ho juga dalam kegiatan pelayaran dan
meninggal karena sakit. Menurut beberapa pakar menyatakan bahwa makam Cheng Ho
yang sebenarnya adalah di bukit Niushou, sedangkan Nanjing bukan merupakan
makam Cheng Ho, tetapi hanya berisi sepatu dan pakaian yang biasa digunakan
dalam memimpin pelayaran. Toleransi ini dapat ditunjukkan dengan beberapa sikap
Cheng Ho yakni menghormati agama Budda dengan pernah memberikan derma kepada
kuil buddha di negara asing (Yuanzhi, 2000:40). Sedangkan sikap toleransinya
terhadap agama Tao ditunjukkan dengan diperbolehkannya agama Tao menyembah dewi
Sakti (dewi yang menjaga bahaya di laut). Sikap toleransi yang jelas
ditunjukkan adalah tidak pernah mempermasalahan agama dalam setiap pelayaran.
Menurut Funzhi (2000:43) bahwasanya gerakan Cheng Ho kepada agama islam
dimanapun senantiasa memperhitungkan situasi dan kondisi yang penuh toleransi
dengan tidak harus melepaskan prinsip-prinsip yang dianutnya. Walaupun
bertoleransi tinggi tetapi tidak menggoyahkan ketaatan terhadap agama islam.
Cheng Ho dari Dinasti Ming dan Daerah- Daerah yang
Disinggahi Terkait Pengaruhnya dalam Menyebarkan Agama Islam
Hubungan Cheng Ho terhadap Dinasti
Ming sangat erat, bahwasanya adanya peperangan pasukan Ming Thai Chu menawan
anak-anak dan termasuk Cheng Ho. Anak-anak tersebut dibawa ke Nanjing dan
dikebiri secara kejam dan keji. Pada usia ke 12 Cheng Ho telah menjadi seorang
kasim atau pelayan atau thai chien di Dinasti Ming. Pada saat pemerintahan
kaisar Yung Lo yakni kaisar yang terkenal diplomat yang handal memerintahkan
Cheng Ho untuk melakukan diplomasi politik terhadap daerah-daerah lain disekitas
Asia dan Afrika. Cheng Ho ini yang akhirnya muncul sebagai tokoh ekspedisi yang
terkenal dan dibantu oleh sekertarisnya yang bernama Ma Huan.
Cheng Ho dikenal sebagai bahariwan
yang tangguh dan sebagai laksamana yang besar dan pelaut ulung yang sangat terkenal
didunia. Sejarah yang cukup gemilang di bidang pelayaran dan bahkan tidak
tertandingi. Pelayaran yang dilakukan oleh Cheng Ho di beberapa negara tercatat
pelayarannya di Korea, Campa, Siam, Kamboja, Jawa, dan Sumatra. Sedangkan
uraian perjalanan pelayaran Cheng Ho dalam buku “Sejarah Asia Timur I” karya
Drs. Leo Agung S., M.Pd bahwa:
pelayaran Cheng Ho sebanyak enam
kali yakni pada tahun 1405 M dengan mengunjungi Indo China, Champa, dan
Sriwijaya. Pada tahun 1408 dengan mengunjungi Malaka, Singapora, Calcuta,
Persia, Aden, dan Mekah. Pada tahun 1412 M dengan mengunjungi Aceh, Palembang,
Bangka, dan Jawa. Pada tahun 1416 M dengan mengunjungi Saudi Arabia, Bangka,
dan Jawa. Pada tahun 1421 M dengan mengunjungi Siam (Thailand), dan Sumatra.
Pada tahun 1424 M dengan mengunjungi Sumatra, untuk mengetahui lebih dalam
mengenai Sumatra. (Agung, Leo. 2012:53).
Tujuan pelayaran tersebut adalah untuk
bersilaturahmi dan menyebarkan islam keapada penduduk setempat, dan beliau
tidak pernah memaksa dalam menyebarkan agama islam. Selain tujuan tersebut
terdapat tujuan yang penting yakni mengadakan diplomasi dan politik
persahabatan terhadap negara-negara yang disinggahinya, dan tujuan yang
tersirat adalah mempropagandakan kejayaan dinasti Ming dan menyebarkan politiknya
di Asia-Afrika (Yuanzhi, 2000:Xviii). Tujuan lain yang tersirat yakni tujuan
untuk mencari kemenakannya yang bernama Hui Ti. Hui Ti sebenarnya adalah kaisar
kedua dari dinasti Ming, namun Hui Ti melarikan diri dari istana. Tujuan
pelayaran laksamana Cheng Ho tidak seperti tujuan pelayaran yang dilakukan
bangsa barat yakni dengan tujuan ekspansi dan agresi. Dalam pelayaran Cheng Ho
memimpin 208 kapal, dengan armada kurang lebih 28.000 orang, pelayaran tersebut
berlangsung selama 28 tahun dalam tujuh kali pelayaran. Dengan armada yang
cukup banyak dan waktu yang cukup lama Cheng ho dapat dikatakan mampu
memanajemen pembagian tugas dalam pelayaran. Dalam pelayaran tersebut Cheng Ho
meniru manajemen strategi Muhammad Saw, manajemen Tao Zhugong, manajemen Confuianisme,
dan manajemen Lautze. Dapat digambarkan langkah pembagian tugas didasarkan pada
SDM yang dimiliki oleh para armadanya. SDM yang memiliki kelebihan dibidang
intelektual lebih condong kepada tugas sebagai teknisi ataupun masalah gizi.
Sedangkan SDM yang memiliki kelebihan fisik lebih condong kepada kebersihan dan
logistik.
Dalam halnya penyebaran agama islam,
Cheng Ho pada dasarnya berasal dari keluarga yang beragama islam. Sehingga
Cheng Ho memiliki jiwa islam yang kuat. Dalam beragama Cheng Ho memiliki
toleransi yang tinggi terhadap agama lain, seperti agama Buddha, Kong Hu Cu,
dan Taoisme walaupun beliau aktiv menyebarkan agama islam di Tiongkok dan di
negara-negara yang disinggahinya. Selain di negara-negara yang disinggahi Cheng
Ho menyebarkan agama, beliau juga melakukan ziarah-ziarah ke makam-makam para
pendahulu islam, mengikutkan muslim dalam pelayaran, dan membangun maupun
memugar masjid. Tercatat pada tahun 1413 Cheng Ho telah memugar masjid Qinging
di kota Xian, masjid tersebut dibangun pada masa dinasti Tang pada tahun 684 M.
Khusus di Indonesia telah banyak peran Cheng Ho dalam dunia agama islam di
tanah air. Cheng Ho pernah singgah di kerajaan Samudra Pasai yakni kerajaan
yang berhaluan islam. Sebagai kenang-kenangan atau cidera mata Cheng Ho
memberikan lonceng raksasa bernama Cakradanya. Dan sekarang lonceng raksasa
tersebut diletakkan dibagian depan museum Banda Aceh. Di Keraton Kesepuhan
Cirebon Cheng Ho memberikan kenang-kenangan berupa piring keramik yang
bertulisan ayat kursi. Dan masih banyak lagi peran Cheng Ho di Indonesia. Dalam
bidang lain, Cheng Ho juga telah memberikan kontribusi yang besar di Indonesia.
Cheng Ho juga memberikan kemajuan di berbagai bidang seperti bercocok tanam,
alat bajak dari besi, beternak, perdagangan, seni ukir, seni bangunan atau
arsitektur, dan seni yang lainnya. Adanya tahu, tauci, tauge, kembang tahu,
mie, bihun, kue tiau, kecap, ragi, bapau, baso, napia, dan capcay adalah berkat
budaya Cina yang dibawa oleh laksamana Cheng Ho.
Pelayaran yang dilakukan rombongan
Cheng Ho di Indonesia terdapat di beberapa daerah, yakni Samudra Pasai, di
kerajaan Nakur, Pelabuhan Palembang, Jawa, Malaka, Pulau Bangka, Bukit Durian,
Muara Jati, Cirebon, Sunda Kelapa yang berlabuh di Tanjung Mas atau Ancol,
pelabuhan Simongan sekarang di sekitar daerah Semarang, Tuban, Gresik,
Surabaya, mojokerto yang pada waktu itu menjadi ibukota dari kerajaan Majapahit.
Di daerah-daerah tersebut setidaknya Cheng Ho meninggalkan Cindera Mata khas
Tiongkok berupa porselin, guci, kain sutra, keramik, dan lain-lain. Sedangkan
masih banyak pelayaran yang dilakukan di luar Nusantara misalnya semenanjung
Indocina, semenanjung Malaya, semenjung Hindia sampai pantai sebelah timur
benua Afrika. Dalam pelayaran Cheng Ho di Semarang diperingati dengan
dibangunnya Klenteng Sam po Kong yang dahulunya terdapat Gua yang digunakan
ketika Wang Mang salah seorang rekan Cheng Ho yang sakit dalam pelayaran dan
akhirnya singgah di Semarang. Gua tersebut digunakan rombongan untuk tempat
tinggal sementara sampai Wang Mang sembuh dan di depan gua tersebut dibangun
patung Cheng Ho. Dan akhirnya berkembang menjadi klenteng Sam Po Kong.
Kehadiran Cheng Ho di Nusantara telah memunculkan pencerahan agama islam di
Nusantara. Cheng Ho berperan dalam mebangun kerajaan islam Demak pada tahun
1475, serta memiliki peranan yang besar dalam keruntuhan Majapahit. Hal
tersebut terjadi ketika Cheng Ho melakukan ekspedisinya di wilayah Jawa yang
pada waktu itu sedang terjadi penyebaran islam khususnya didaerah pesisir yang
beriringan dengan tanda-tanda keruntuhan kerajaan Majapahit yakni kerajaan yang
berhaluan agama Hindu Indonesia.
Hasil dari penelitian pelayaran yang
dilakukan pada pelayaran Cheng Ho adalah 24 peta Navigasi yang berjudul Zheng He’s Navigation Map. Hal itu menunjukkan
bahwa kemajuan di bidang navigasi pada masa dinasti Ming tidak dapat diragukan
lagi. Hal itu menjadi pelopor dan berjasa dibidang bahari dan hubungan
internasional dan berjasa besar pula dalam hal menyebarkan agama islam, dan
jasa-jasa lain di berbagai bidang termasuk pertanian, perikanan, dan
peternakan.
Dalam majalah Life menempatkan Cheng
Ho sebagai naomor 14 orang terpenting dalam milenium terakhir. Perjalanan Cheng
Ho dalam pelayaran diberbagai daerah-daerah dengan tujuh kali pelayaran tersebut
menghasilkan berbagai ilmu. Dan ilmu yang terpenting dalam bidang pelayaran
adalah peta navugasi Cheng Ho telah mampu memperbaharui peta Navigasi yang
digunakan seluruh dunia sampai abad ke-15. Dalam buku navigasi Cheng Ho
terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan
berbagai pelabuhan. Kapal yang digunakan dalam pelayaran Cheng Ho terapat
beberapa sumber yang menyebutkan bahwa kapal tersebut adalah kapal terbesar
yang ada pada zaman tersebut. Bahkan mengalahkan kapal-kapal yang digunakan
oleh bangsa barat yang telah lama terkenal dengan kemampuan pelayaran dengan
kapal-kapalnya. Peta navigasi Cheng Ho pada perkembangannya juga digunakan oleh
para kaum barat untuk melakukan pelayaran.
Orang-orang Muslim yang diajak Cheng
Ho dalam pelayaran memang tidak sedikit, diantaranya adalah Ma Huan, Guo
Chongli, Hasan, Sa’ban, dan Pu heri. Ma Huan dan Guo Chongli adalah salah satu
muslim yang pandai berbahasa Arab dan Persia. Tokoh muslim tersebut juga
bertugas sebagai penerjemah. Sedangkan Hasan bertugas sebagai pimpinan Masjid
Tang Shi di Xian yang terletak di provinsi Shan Xi yang berperan sebagai tokoh
untuk mempererat hubungan diplomasi Tiongkok dengan negeri-negeri Islam. Tokoh
muslim Hasan bertugas memimpin kegiatan-kegiata keagaman dalam rombongan yang
ada dalam pelayaran dengan waktu yang panjang dan pasukan yang banyak.
Kegiatan-kegiatan yang biasa dipimpin oleh Hasan adalah seperti melaksanakan
penguburan jenzah di laut atau memimpin shalat hajat ketika armadanya diserang
badai. Dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan selama dalam pelayaran.
PENUTUP
Cheng Ho dan agama islam sangat
erat. Karena Cheng Ho adalah seorang yang beragama islam. Bahkan Cheng Ho
adalah seorang Muslim yang memiliki ketaatan yang tinggi, pasalnya hal tersebut
dikarenakan beliau lahir dari keluarga yang beragama islam kuat. Cheng Ho
adalah seorang pemuka agama islam yang pandai berdakwah, mampu membaca,
menulis, serta fasih dalam berbahasa Arab. Dakwah yang disiarkan mudah diterima
oleh orang-orang di daerah yang disinggahinya karena ditunjang pula dengan
sikap ramah-tamah, sopan-santun, manis dalam bertutur kata. Toleransi dalam
beragama juga merupakan salah satu kunci dapat terjalinnya persahabatan antara
negara-negara yang dikunjungi dan menjalankan Misi yang didapatnya. Memang pada
dasarnya Cheng Ho hidup di lingkungan yang sekelilingnya bukan menganut agama
islam, melainkan agama Budda dan agama Tao, sehingga sangat menuntut Cheng Ho
untuk bertoleransi yang tinggi dalam bidang agama.
Cheng Ho dengan dinasti Ming memang
erat hubungannya dikarenakan pada masa pemerintahan kaisar Yung Lo, Cheng Ho
diutus untuk melakukan ekspedisi dinegara-negara tetangga Cina dalam tujuannya
untuk mengajak bersilaturahmi dengan negara-negara yang disinggahi, mengadakan
diplomasi dengan negara-negara tetangga, mencari Hui Ti yang melarikan diri dari
istana, dan tujuan lain yang terselip adalah tujuan dalam menyebarkan agama
islam di daerah-daerah yang disinggahinya. Dalam pelayaran tersebut Cheng Ho
mampu mengatur pelayaran dengan pasukan yang banyak, dan waktu yang tidak
singkat dengan kemampuannya yang sangat baik. Cheng Ho menyesuaikan tugas
pelayar-pelayar yang diajaknya dalam kemampuan yang dimiliki. Jika pelayar
memiliki kemampuan intelektual maka Cheng Ho memberi tugas mengenai hal-hal
yang berbau teknisi ataupun tugas lain yang menggunakan pikiran. Kemudian jika
pelayar yang memiliki kemampuan dalam tenaga atau otot maka tugas yang
diberikan Cheng Ho adalah hal-hal yang menggunakan otot dalam penyelesaiannya.
DAFTAR RUJUKAN
Agung, Leo. 2012. Sejarah Asia Timur 1.Yogyakarta: Ombak
Menglong, Feng. 2007. Kumpulan Kisah Klasik Dinasti Ming Kaisar
Taizu Menyelamatkan Si Jelita Jingniang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Nhuri. 2009. Biografi Cheng Ho.
(online) http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/09/biografi-laksamana-cheng-ho.html. Diakses pada 01 Desember 2014
Sardono, Tulus. 2005. Peranan Laksamana Cheng Ho dalam penyebaran
agama islam di Jawa pada abad ke-15. (online) http://digilib.uns.ac.id/abstrak_14728_perananan-laksamana-cheng-ho-dalam-penyebaran-agama-islam-di-jawa-pada-abad-ke-15.html diakses pada 01 Desember 2014
Sen, Ta, Tan. 2004. Cheng Ho Penyebar Islam dari China ke
Nusantara. Jakarta: Kompas
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT
Raja Grafindo
Yuanzhi, K. 2000. Muslim Tionghoa CHENG HO Misteri Perjalanan
Muhibah di Nusantara. Jakarta: Obor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar