KALA PLESTOSEN
MAKALAH
UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Prasejarah
Indonesia
Yang
dibina oleh Slamet sujud purnawan jati
Oleh
Dwi Lidiawati (130731615709)

UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
PENDIDIKAN SEJARAH
September
2013
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI
................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ................................................................ 1
1.2 Rumusan
Masalah ........................................................... 1
1.3 Tujuan
............................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Peristiwa-peristiwa kala plestosen ..................................... 2
2.2
Keadaan alam di kala plestosen ......................................... 2
2.3
manusia dan fauna awal di kala plestosen ......................... 3
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................... 7
3.2 Saran................................................................................. 7
DAFTAR
RUJUKAN........................................................................... ii
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Sejarah alam
semesta jauh lebih panjang jika dibandingkan dengan sejarah manusia. Bumi belum
dapat dihuni oleh manusia dan semua makhluk pada awal perkembangannya. Bumi masih
sangat panas dan belum ada tanda-tanda kehidupan. Kala plestosen sangat penting
bagi perkembangan kehidupan. Keadaan alam dengan berbagai peristiwa besar di
zaman plestosen melatar belakangi kehidupan manusia.
Di dalam kala
plestosen atau disebut juga masa diluvium adalah masa ketika manusia pertama
kali hidup di bumi, dengan berbagai tantangan alam memaksa manusia untuk
menyesuaikan diri dalam mempertahankan hidup, manusia yang lemah akan mati, dan
manusia yang kuat akan tetap bertahan.
Kala plestosen adalah
perkembangan bumi yang paling pesat, didalam perkembangan alam semesta, makhluk
hidup mulai dapat hidup meskipun masih dalam keadaan yang genting.
B.
Rumusan
masalah
1.
Hal apa saja
yang terjadi pada kala plestosen?
2.
Bagaimana
keadaan alam pada kala plestosen?
3.
Bagaimana
keadaan manusia pertama yang hidup masa saat itu?
4.
Fauna apa saja
yang hidup kala plestosen?
C.
Tujuan
Mengetahui
peristiwa apa saja yang terjadi kala plestosen, mengerti tanda-tanda kehidupan
pertama yang dialami oleh makhluk pertama terutama manusia di alam semesta.
BAB
II
PEMBAHASAN
Menurut
sejarah perkembangan bumi, kala plestosen adalah bagian awal dan paling
singkat, tetapi menurut sejarah perkembangaan umat manusia, kala plestosen
merupakan bagian yang paling tua. Kala plestosen terjadi kira-kira tiga juta
tahun sampai 10.000 tahun sebelum masehi.Pada kala plestosen, situasi di dunia
pada umumnya menunjukkan bahwa timbulan bawah laut dapat dikatakan mulai stabil
dan susunan permukaan bumi sudah seperti bentuk sekarang, kecuali di beberapa
tempat seperti di Indonesia. Di Indonesia masih berlangsung terus-menerus
pembentukan kepulauan.
Pada
kala plestosen keadaan alam semesta mulai menunjukkan tanda-tanda adanya
kehidupan manusia, peristiwa-peristiwa yang besar juga sangat memengaruhi
kehidupan manusia, seperti: glasiasi, perubahan iklim yang sangat signifikan,
pasang surut air laut, naiknya daratan-daratan dari dasar laut karena gerakan
endogen bumi, letusan-letusan gunung berapi (vulkanisme), timbul tenggelamnya
sungai dan danau, intensitas cahaya dibumi, kedalaman samudera, arah tertiupnya
angin. Gerakan pengangkatan (orogenesis), gerakan pengikisan (erosi).
Glasiasi terjadi karena suhu udara
dibumi mengalami penurunan sehingga gletser yang biasanya hanya ada di
kutub-kutub telah meluas hingga terjadi penutupan oleh daratan-daratan es. Pada
saat itu disebut masa glasial. Masa itu diselingi dengan masa interglasial
yaitu pencairan es karena suhu bumi naik kembali pada suhu semula dan
gletser-gletser menarik diri kearah pusat-pusatnya. Pada saat pembekuan es
(glasial) didaerah kutub dan sekitarnya. Daerah tropis yang tidak terkena pelebaran
es mungkin sekali terjadi musim hujan atau plavial dan pada saat terjadi
pencairan es (interglasial) maka daerah tropis akan mengalami masa interpluvial
atau musim kemarau.
Gerakan-gerakan
pengangkatan akan memunculkan daratan-daratan baru dengan membentuk lapisan
tanah dengan melipat, miring, berlekuk-lekuk atau berbukit-bukit. Aliran sungai
hujan, hembusan angin, dan gletser akan mengikis tanah daratan dan pegunungan
yang sudah terbentuk sebelumnya, dengan memindahkan berbagai macam batuan, kerikil,
pasir, lumpur dan debu kedaerah sekitarnya yang lebih tendah.
Letusan
gunung berapi melemparkan materi-materi yang ada seperti batu, kerikil, lava,
lahar, dan abu untuk kemudian ditimbunkan di atas dataran atau laut yang ada
disekitarnya. Gerakan dari dalam bumi (gerakan endogen) dan dari luar bumi
(gerakan eksogen) memberi bentuk kepada muka bumi. Gerakan pengikisan yang
terus-menerus tidak dapat mengimbangi gerakan pengangkatan dari dalam bumi yang
begitu kuat.
Peristiwa-peristiwa
besar tersebut secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan
manusia dalam menyesuaikan dirinya menghadapi tantangan hidup yang sangat
mengancam. Manusia kala itu masih dalam perkembangan bentuk fisik dan akal
budinya. Belajar menghindari tantangan alam dan mencari makan dari alat-alat
yang dibuat masih sangat sederhana.
Menurut
para ilmuan pada zaman kwarter adalah zaman manusia mulai muncul untuk pertama
kalinya dibumi. Meganthropus merupakan manusia yang paling primitif atau
tertua. Megantropus paleojavanicus merupakan manusia purba raksasa tertua dari
jawa. Fosil ini pertama kali ditemukan oleh Gustav Heinrich Ralph Von
Koenigswald di sangiran antara tahun 1936-1941. Berdasarkan umurnya, fosil ini
diperkirakan berumur 1-2 juta tahun yang lalu, makhluk purba ini memiliki
ciri-ciri : badan tegap dengan tonjolan di belakang, tulang pipi tebal dengan
tonjolan pula pada kening atau dahinya, manusia ini tidak berdagu, otot kunyah,
gigi, rahang, besar dan kuat, biasanya jenis meganthropus hanya memakan tumbuh-tumbuhan.
Manusia yang paling banyak ditemukan di Indonesia
adalah pithecanthropus. Berasal dari asal katanya, yaitu pithekos yang berarti
kera. Manusia ini hidup di kala plestosen bawah (gelasean dan calabrian) dan
plestosen tengah (ionian). Genus ini memiliki anggota badan yang tegap, namun
tidak setegap meganthropus, tinggi badanya sekitar 165-180 cm sudah seperti
tinggi tubuh manusia, volume otak berkisar antara 750-1350 cc, tetapi kulit
otak belum beigitu berkembang sehingga bagian bawah dan atas otak masih lebar,
alat pengunyah dan alat penekuk sangat kuat, bentuk tonjolan kening tebal
melintang dari dahi dari sisi ke sisi, bentuk hidung tebal, bagian belakang
kepala tampak menonjol menyerupai wanita berkonde, muka menonjol ke depan,
dengan dahi miring ke belakang. Ada berbagai jenis pithecanthropus seperti
pithecanthropus mojokertensis, pithecanthropus robustus, pithecanthropus
erectus.
Selain
manusia jenis meganthropus dan pithecanthropus ada manusia jenis homo. Fosil
manusia homo sapien yang ditemukan di indonesia adalah homo soloensis dan homo
wajakensis. Homo soloensis pertama kali di temukan di Ngandong (di tepi
bengawan Solo) di temukan antara tahun 1931-1934. Homo wajakensis pertama kali
ditemukan di campur darat (wajak) tulung agung jawa timur pada tahun 1889. Genus
homo sudah mempunyai otak yang lebih besar, isinya antara 1000-2000 cc, kulit
otaknya sudah berkembang lebih lanjut, alat-alat pengunyah lebih lanjut
evolusinya : reduksi gigi, rahang dan otot-otot kunyah bertambah sehingga mulai
terdapat dagu pada rahang bawah. Homo sapient baru muncul kira-kira 40.000
tahun yang lalu.
Zaman
plestosen berlangsung lebih dari tiga juta tahun. Zaman plestosen dibagi
menjadi tiga lapisan zaman, plestosen awal, plestosen tengah, plestosen akhir.
Plestosen awal dikenal juga dengan plestosen bawah dan merupakan subdivisi awal
atau terendah dari periode kwarter. Plestosem awal terdiri dari tahap gelasius
dan calabria. Sebagian besar plestosen bawah berupa batu pasir, tufa dan tanah
liat berwarna biru kehitam-hitaman. Di lapisan plestosen bawah ditemukan
manusia purba jenis meganthropus paleojavanicus, pithecanthropus
modjokertensis, dan pithecanthropus robustus. Selain manusia purba pada
plestosen bawah juga ditemukan fosil tulang-tulang dan geraham-geraham dari
binatang menyusui. Fauna dari masa ini disebut fauna jetis dengan binatangnya
seperti gajah, kerbau, sapi, rusa, menjangan, dan kuda air yang masih primitif.
Plestosen
tengah juga disebut sebagai lapisan atau tanah trinil. Plestosen tengah secara
lebih khusus disebut sebagai tahap ionia. Permukaan zaman plestosen tengah
diperkirakan bersamaan dengan zaman es kedua (glasiasi yang kedua). Di lapisan
inilah pithecanthropus ditemukan. Pithecanthropus adalah manusia kera berdiri
tegak dari trinil. Jenis fauna yang ditemukan adalah beruang melayu, tapir,
badak, rusa.
Plestosen
atas atau plestosen akhir bersamaan waktunya dengan zaman glasial ketiga.
Secara khusus plestosen akhir disebut dengan tahap terantian. Pithecanthropus
dan hewan menyusui yang hidup pada zaman sebelumnya tidak dapat mempertahankan
diri. Makhluk baru yang muncul adalah manusia jenis homo, seperti homo
soloensis. Diperkirakan manusia homo soloensis adalah keturunan langsung dari
pithecanthropus. Selain manusia tersebut juga ditemukan manusia jenis
wajakensis. Dan fauna yang ditemukan adalah gajah dan kuda air.
Budaya
di Indonesia pada kala plestosen yang pertama ditemukan berupa alat-alat batu
jenis serpih bilah dan kapak-kapak perimbas serta beberapa alat dari tulang dan
tanduk. Alat tersebut sebagai bukti kebudayaan pertama pada masa plestosen.
Pembuatan alat-alat batu dan tulang dengan teknik pengerjaan yang sederhana
tanpa menujukkan banyak kemajuan. Dilihat dari bentuknya alat-alat batu
terutama bertujuan untuk mempersiapan makanan dari hewan hasil pemburuan
(menguliti, memotong daging, dan membelah tulang). Ciri-ciri tertentu dari
serpih batu sebagai perkakas manusia yaitu, memiliki dataran pemukul, kerucut
pemukul, dan cacat penyerpihan. Alat serpih blah berguna sebagai pisau, penusuk,
dll. Sedangkan alat-alat batu untuk mempersiapkan alat-alat yang dibuat dari
kayu.
Dikala
plestosen yang keseluruhannya berlangsung lebih dari 3 juta tahun. Manusia
mengalami perkembangan jasmaniah maupun rohaniah yang sangat lambat. Pada akhir
plestosen tampak adanya kegiatan spiritual yang makin meningkat.
Kegiatan-kegiatan spiritual manusia plestosen di Indonesia belum dapat
dibuktikan melalui temuan-temuan. Di Indonesia hanya dijumpai hasil-hasil
tradisi pembuatan alat-alat batu dan tulang.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Di
kala plestosen adalah zaman yang merupakan tanda-tanda adanya kehidupan
manusia, terjadi banyak peristiwa besar yang mendukung adanya peradaban. Dengan
berbagai tantangan alam yang ekstrem manusia pertama harus mampu bertahan
seiring dengan perkembangan fisik dan akal budinya. Manusia pertama yang muncul
di indonesia adalah manusia purba jenis meganthropus kemudian jenis
pithecanthropus dan manusia purba jenis homo. Fauna-fauna yang mampu hidup pada
kala plestosen adalah fauna-fauna dengan bentuk tubuh dan cara hidup yang
primitif.
3.2
Saran
Di
harapkan setelah mengetahui kehidupa kala plestosen, kita mengerti dan memahami
keadaan alam yang pertama kali di hadapi oleh manusia pertama. Melakukan
penelitian lebih lanjut tentang apa saja yang terjadi di kala plestosen.
DAFTAR
RUJUKAN
Soejono, R.P.(dkk).1984. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta:
P.N. Balai Pustaka
___________, 1975. Sejarah Nasional
Indonesia I. Jakarta: P.T. Grafitas
Fitri. 2009. Keadaan
alam kala plestosen-holosen (online). Sejarah-fitri.blogspot.com di akses
15 sep 2013
Ratih Prabandari.2011. Masyarakat Awal Indonesia (online). Battessian69.blogspot.com
di akses 15 sep 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar